BRAVO13.ID, Samarinda - Langit Santiago Bernabéu yang biasanya riuh dengan gemuruh gol kini terasa sunyi bagi Endrick. Bocah ajaib Brasil itu tiba di ibu kota Spanyol pada musim panas 2025 dengan beban ekspektasi sebesar harga transfernya. Namun, di bawah arahan dingin pelatih baru, Xabi Alonso, masa depan sang wonderkid kini terancam terbungkus dalam bayangan ketidakpastian.
Sejak hari pertamanya, Endrick, yang baru berusia 19 tahun, belum mencicipi satu menit pun di lapangan kompetitif. Sebuah fakta pahit yang kontras dengan janji masa depan yang ia bawa. Keterasingan ini bukan sekadar statistik, melainkan alarm bahaya yang memicu spekulasi mendalam: Endrick mungkin harus meninggalkan Real Madrid lebih cepat dari yang diperkirakan, setidaknya untuk sementara.
Hantaman Realitas dan Pintu Keluar Sementara
Kekhawatiran itu berpangkal pada persaingan lini serang Los Blancos yang kini seakan menjelma menjadi galaksi bintang. Kehadiran Vinícius Jr., Rodrygo, dan terutama Kylian Mbappé, telah menciptakan palagan tanpa ampun. Dalam skema Alonso, Endrick seolah terlempar jauh, bahkan di belakang pemain seperti Arda Guler, Brahim Diaz, dan Gonzalo Garcia.
Penampilan terakhirnya berseragam Madrid terjadi pada Mei 2025 di era Carlo Ancelotti. Sejak itu, sepatu emas Endrick seperti membeku di bangku cadangan. Sumber internal klub bahkan mengonfirmasi bahwa Alonso telah menyampaikan secara terus terang mengenai keterbatasan waktu bermain yang menantinya musim ini.
Namun, drama Endrick tidak hanya didorong oleh persaingan semata. Tubuhnya sendiri sempat mengkhianati ambisinya. Dua cedera otot telah menghambat adaptasinya; yang pertama pada Mei 2025 membuatnya absen di Piala Dunia Antarklub, dan yang kedua kambuh saat pramusim di Amerika Serikat, memaksanya menepi hingga September. Setiap hari tanpa menit bermain adalah pukulan telak bagi momentum perkembangan seorang remaja berbakat.
Ancaman Hilangnya Mimpi Seleção
Di balik kegelisahan di level klub, ada kekhawatiran yang jauh lebih besar dan emosional: Piala Dunia 2026.
Bagi Endrick, mengenakan seragam Seleção di panggung dunia adalah impian yang tak ternilai. Minimnya waktu bermain di Madrid menimbulkan cemas akut bahwa ia akan terlempar dari radar Tim Nasional Brasil, yang terakhir kali ia perkuat pada Maret silam. Ia sendiri pernah mengakui ketakutannya akan terlewatkan dari skuad Piala Dunia.
"Minimnya menit bermain adalah racun bagi pemain muda," ujar legenda Real Madrid, Guti, memberikan pandangannya. "Jika kesempatan tak kunjung datang hingga Desember, dia harus mempertimbangkan untuk keluar."
Saran Guti menyoroti esensi: bagi pemain seusia Endrick, pengalaman bermain yang konsisten adalah mata uang paling berharga. Tanpa itu, proses adaptasi dan kematangan di level profesional akan terhenti. Jalan keluar yang paling realistis pun muncul: skema peminjaman.
Antrean Peminat dan Kontrak yang Menjerat
Klub-klub top Eropa mencium aroma keraguan ini. Olympique Marseille, Paris Saint-Germain, Manchester United, dan West Ham disebut-sebut sebagai yang terdepan dalam antrean untuk meminjam sang penyerang pada bursa transfer Januari 2026. Klub-klub dari Serie A, Premier League, hingga RB Leipzig juga siap memantau.
Pinjaman adalah jalan tengah. Solusi agar Endrick bisa mendapatkan panggung reguler, menjaga momentum perkembangannya, tanpa harus diputus permanen dari Santiago Bernabéu.
Sayangnya, dalam permainan transfer, uang adalah dewa. Gaji Endrick yang berkisar antara €80.000 hingga €100.000 per pekan menjadi ganjalan utama. Real Madrid diprediksi akan meminta klub peminjam menanggung penuh upah selangit tersebut, ditambah biaya peminjaman yang tak ringan. Angka-angka ini bisa menjadi penghalang bagi klub peminjam yang ingin menyelamatkan karier Endrick.
Awalnya, Endrick teguh menolak opsi pinjaman musim panas lalu, yakin akan memenangkan tempatnya. Kini, dengan dinginnya bangku cadangan yang terus menerpa, ia semakin gelisah dan berencana meninjau ulang situasinya secara mendalam pada Januari.
Dilema besar kini bergantung di pundak manajemen Real Madrid: Apakah mereka akan menahan permata mereka dan mempertaruhkan stagnasi perkembangannya, atau membiarkannya pergi sementara waktu demi memastikan Endrick mencapai potensi maksimalnya saat ia kembali kelak? Waktu terus berdetak, dan nasib Endrick di Madrid kini di ujung tanduk, menunggu keputusan yang akan membentuk babak penting dalam kariernya. (*)