BRAVO13.ID, Samarinda - Di bawah sorot lampu MetLife Stadium yang megah, sejarah terukir dengan warna biru. Senin dini hari waktu Indonesia, Chelsea Football Club menahbiskan diri sebagai raja sepak bola dunia. Kemenangan telak 3-0 atas Paris Saint-Germain (PSG) dalam final Piala Dunia Antarklub 2025 menjadi puncak dari perjalanan penuh perjuangan, menutup kompetisi dengan gemuruh yang membanggakan.
Ini bukan sekadar kemenangan, melainkan sebuah pernyataan. Chelsea, yang beberapa waktu lalu mengangkat trofi UEFA Conference League, kini menambah koleksi gelar mereka dengan mahkota global.
Palmer dan Pedro: Bintang di Malam Puncak
Malam itu, lapangan menjadi panggung bagi dua nama yang bersinar paling terang. Cole Palmer, sang maestro muda, sekali lagi membuktikan statusnya sebagai bintang pembeda. Ia memborong dua gol pembuka yang mengoyak pertahanan PSG, mengarahkan The Blues menuju kemenangan. Sementara itu, Joao Pedro, yang tampil heroik sejak semifinal, melengkapi pesta gol dengan satu lesakan indah.
Gol-gol ini tidak hanya mengantar Chelsea menjadi juara, tetapi juga memberikan pukulan telak bagi PSG. Tim raksasa Prancis, yang datang sebagai juara Liga Champions Eropa, harus menelan pil pahit. Kekalahan ini menjadi antiklimaks yang menyakitkan bagi pasukan Luis Enrique setelah performa impresif mereka di babak sebelumnya.
Jalan Berliku Menuju Tahta Dunia
Perjalanan Chelsea menuju puncak dunia tidaklah mulus. Ada kerikil tajam di fase grup yang sempat menguji mentalitas tim.
Mereka membuka turnamen dengan kemenangan 2-0 atas LAFC. Namun, di laga kedua, kejutan datang dari Flamengo. Kekalahan telak 1-3 dari tim Brasil itu sempat memunculkan keraguan. Namun, Chelsea menunjukkan karakter sejati mereka di laga penentu fase grup, menghantam Esperance de Tunis 3-0 dan mengamankan tiket ke babak gugur.
Di babak 16 besar, The Blues berhadapan dengan Benfica. Dalam laga yang menguras fisik dan mental, Chelsea tampil superior. Nkunku, Neto, dan Dewsbury-Hall berkontribusi pada kemenangan telak 4-1.
Langkah mereka berlanjut ke perempat final, menghadapi raksasa Brasil lainnya, Palmeiras. Cole Palmer kembali menjadi penyelamat dengan gol pembukanya, dilengkapi oleh gol bunuh diri kiper Weverton yang mengunci kemenangan 2-1 dalam laga ketat.
Puncak drama datang di semifinal. Joao Pedro mengambil alih panggung dengan performa brilian, mencetak dua gol krusial pada menit ke-18 dan 56, menyingkirkan Fluminense dengan skor 2-0.
Namun, kejayaan sejati menunggu di final. Di MetLife Stadium, di hadapan ribuan pasang mata, Chelsea menunjukkan bahwa kerja keras, ketangguhan, dan bakat kolektif adalah formula untuk menjadi yang terbaik di planet ini. Malam itu, di New Jersey, Chelsea resmi menjadi juara dunia. (*)