Bravo 13
iPhone Bisa Tembus Rp 58 Juta jika Diproduksi di AS, Gara-Gara Tarif TrumpHarga iPhone bisa melonjak drastis jika diproduksi di AS, setelah Trump naikkan tarif impor hingga 125% untuk produk dari Tiongkok.
Oleh Puji Tri2025-04-11 10:50:00
iPhone Bisa Tembus Rp 58 Juta jika Diproduksi di AS, Gara-Gara Tarif Trump
Harga iPhone Bisa Naik 43 Persen jika Produksi Pindah dari Tiongkok.

BRAVO13.ID, Samarinda - Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali membuat gebrakan kebijakan ekonomi yang mengundang reaksi global. Kali ini, targetnya adalah industri teknologi, terutama perusahaan-perusahaan besar seperti Apple. Lewat kebijakan tarif impor baru, Trump menaikkan bea masuk hingga 125 persen untuk barang-barang yang datang dari Tiongkok dan negara lainnya ke AS.

Tujuan utamanya jelas: memaksa perusahaan raksasa asal Amerika untuk membawa kembali lini produksi mereka ke dalam negeri. Trump menyebut, jika kebijakan ini berjalan sesuai harapan, Apple akan menanamkan investasi senilai USD 500 miliar di AS dan memindahkan produksi iPhone dari Asia ke Amerika.

Namun, di balik ambisi tersebut, para analis teknologi memperingatkan risiko yang tidak main-main: lonjakan harga iPhone yang drastis.

Dan Ives, Kepala Riset Teknologi Global dari Wedbush Securities, menyebut rencana produksi iPhone di dalam negeri sebagai “kisah fiksi.” Ia memperkirakan, jika seluruh proses manufaktur dilakukan di AS, harga iPhone bisa mencapai USD 3.500 atau sekitar Rp 58,7 juta (dengan kurs USD 1 = Rp 16.770).

Menurut Ives, membangun rantai pasokan baru di Amerika akan sangat mahal dan rumit. “Anda bangun pabrik di West Virginia dan New Jersey, hasilnya iPhone seharga USD 3.500,” ujarnya.

Bukan hanya soal harga, tetapi juga soal waktu dan biaya investasi. Untuk memindahkan hanya 10 persen rantai pasokan ke AS, Apple diperkirakan harus mengeluarkan dana sekitar USD 30 miliar dan waktu minimal tiga tahun.

Dalam beberapa dekade terakhir, perusahaan teknologi seperti Apple memang lebih mengandalkan Asia untuk kebutuhan produksi. Amerika lebih berfokus pada riset, desain, dan pengembangan software—aktivitas yang memberikan margin keuntungan lebih tinggi.

Langkah ini pula yang membawa Apple menjadi salah satu perusahaan paling bernilai di dunia. Namun dengan tarif impor yang terus meningkat, strategi lama itu kini menghadapi tekanan besar.

“Tidak ada perusahaan yang lebih terdampak oleh tarif ini selain Apple,” tambah Ives.

Fakta lainnya, komponen-komponen iPhone mayoritas diproduksi di luar Amerika Serikat. Chipset dibuat di Taiwan, layar dipasok oleh perusahaan Korea Selatan, sementara perakitan akhir mayoritas dilakukan di Tiongkok—dengan ekspansi ke Vietnam dan India dalam beberapa tahun terakhir.

Neil Shah, Wakil Presiden dari Counterpoint Research, memperkirakan bahwa iPhone bisa naik harga hingga 30 persen tergantung di mana diproduksi. Sementara Rosenblatt Securities menyebut, lonjakan harga bisa mencapai 43 persen jika seluruh beban tarif dibebankan ke konsumen.

Apple sendiri belakangan telah berupaya mendiversifikasi produksi ke India dan Brasil. India menghadapi tarif sebesar 26 persen, sementara Brasil hanya 10 persen. Meski begitu, kapasitas produksi di kedua negara itu belum bisa sepenuhnya menggantikan Tiongkok.

Tarif Trump mungkin dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik, tetapi bagi perusahaan seperti Apple dan jutaan konsumennya, keputusan ini bisa membuat ponsel pintar menjadi barang super mewah yang hanya bisa dimiliki segelintir orang. (*)

Dapatkan informasi dan insight pilihan bravo13.id

Berita Terkait
Tag Terkait