BRAVO13.ID, Jakarta –Antusiasme publik terhadap film adaptasi kerap diiringi ekspektasi tinggi. Namun, bagi sebagian penggemar, film A Business Proposal versi Indonesia justru menghadirkan kekecewaan. Bukan soal kualitas produksi, melainkan pernyataan sang pemeran utama, Abidzar Al Ghifari, yang dinilai meremehkan drama aslinya. Imbasnya, seruan boikot menggema di media sosial, menekan rumah produksi Falcon Pictures untuk memberikan klarifikasi.
Kisruh bermula dari pernyataan Abidzar dalam sesi promosi film. Ia mengaku hanya menonton satu episode drama Korea A Business Proposal sebelum akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan. Baginya, ia ingin membangun karakter sendiri tanpa terpengaruh versi aslinya.
“Gua sempat nonton di episode satu. Cuma memutuskan untuk berhenti karena pada akhirnya ini adalah karakter yang akan gua buat sendiri bersama director. Gua nggak pengen dibikin plek-ketiplek juga,” ujar Abidzar dalam konferensi pers pada 13 Januari 2025.
Namun, pernyataan itu justru memicu amarah penggemar drama Korea dan webtoon The Office Blind Date, yang menjadi dasar cerita film ini. Banyak yang menganggapnya kurang profesional karena tak melakukan riset mendalam terhadap karakter yang diperankannya.
Seruan Boikot Menggema, Tagar Trending di Media Sosial
Reaksi negatif pun bergulir di media sosial. Tagar #BoikotABusinessProposal dan #RespectTheSource mulai mendominasi percakapan di Twitter dan Instagram. Tidak hanya soal sikapnya terhadap drama asli, Abidzar juga dikecam karena pernyataannya di sebuah podcast yang menyebut penggemar drama Korea sebagai kelompok "fanatik" yang memberi tekanan besar.
“Cukup beban, menurut gue. Ditambah juga tahulah ya fans fanatiknya seperti apa,” ungkapnya dalam podcast yang tayang di YouTube Pabrik Jaya Media.
Sikap Abidzar yang cenderung menyepelekan reaksi publik semakin memperburuk situasi. Dalam unggahan Instagram Story, ia sempat menyatakan ketidakpeduliannya terhadap kritikan warganet. Bahkan, ia menyinggung bahwa netizen yang marah tidak akan diundang ke acara premiere filmnya.
Tudingan Rasisme dan Respons Abidzar
Selain kritik terhadap pernyataannya, beberapa netizen menilai Abidzar tidak cocok memerankan karakter CEO tampan dan karismatik seperti Kang Tae Moo dalam versi aslinya. Perdebatan ini merembet ke isu yang lebih sensitif ketika Abidzar merasa bahwa kritik terhadapnya bersifat rasis.
“Pengen ngejelasin tapi pasti tetap bakal nggak suka. Memang dasarnya udah nggak setuju, mau dijelasin kayak apaan tahu sepertinya akan tetap begitu. Rasisme di Indonesia ternyata masih ada,” tulisnya dalam Instagram Story pada 30 Januari 2025.
Pernyataan ini bukannya meredakan, justru semakin memperbesar kontroversi. Banyak yang menilai bahwa Abidzar terlalu defensif dan gagal memahami substansi kritik yang ditujukan kepadanya.
Falcon Pictures Turut Terhantam, Akhirnya Buka Suara
Tak hanya Abidzar, rumah produksi Falcon Pictures juga terseret dalam pusaran kontroversi. Banyak pihak mempertanyakan keputusan mereka memilih aktor yang tidak memahami karakter aslinya.
Merespons gelombang protes, Falcon Pictures akhirnya mengeluarkan pernyataan resmi melalui media sosial. Mereka menyatakan permintaan maaf kepada penggemar yang merasa kecewa dan menegaskan bahwa proyek ini dibuat dengan tujuan memberikan interpretasi baru yang relevan dengan budaya Indonesia.
“Film ini merupakan hasil kerja keras lebih dari 100 kru dan 20 seniman yang ingin menyajikan adaptasi yang tetap menghormati sumber aslinya,” tulis Falcon Pictures dalam pernyataannya.
Namun, terkait pernyataan Abidzar, Falcon Pictures tetap mendukung kebebasan aktor dalam membangun karakter. Mereka menyebut bahwa setiap aktor memiliki metode sendiri dalam mendalami peran dan keputusan Abidzar untuk tidak menonton drama asli merupakan bagian dari proses tersebut.
Permintaan Maaf Abidzar: Pelajaran Berharga atau Terlambat?
Setelah tekanan semakin besar, Abidzar akhirnya mengunggah permintaan maaf melalui akun Instagram pribadinya pada 3 Februari 2025. Ia mengakui kesalahannya dan menyatakan bahwa ini menjadi pembelajaran berharga dalam perjalanan kariernya.
“Saya minta maaf atas perkataan dan sikap saya yang menyinggung banyak pihak. Saya akan lebih bijak dalam berbicara dan bersikap ke depannya,” tulisnya.
Namun, bagi sebagian besar netizen, permintaan maaf itu datang terlambat. Kepercayaan yang telah tergerus tak mudah dipulihkan, dan seruan boikot masih terus bergema. Apakah ini akan berdampak pada performa film A Business Proposal di box office? Jawabannya masih menjadi tanda tanya besar. (*)