BRAVO13.ID, Tenggarong - Langit Sangasanga pernah penuh dengan debu tambang dan suara gemuruh alat berat, meninggalkan jejak panjang kerusakan lingkungan dan keterbatasan ekonomi lokal. Namun, di tengah tantangan itu, sebuah visi baru muncul: mengubah luka-luka lahan eks tambang menjadi pusat produksi pangan yang memberi harapan baru.
“Bayangkan bekas lubang tambang itu menjadi lahan hijau yang menghasilkan daging sapi dan tanaman pangan,” ujar Camat Sangasanga, Dachriansyah, menggambarkan mimpinya. “Kami ingin Sangasanga menjadi simbol keberhasilan rehabilitasi lahan di Indonesia.”
Program ini dimulai dengan menggandeng sebuah perusahaan tambang yang bersedia menghibahkan sebagian lahannya untuk dijadikan lokasi percontohan peternakan sapi. “Sapi dipilih karena bisa langsung berkontribusi pada kesuburan tanah melalui kotorannya, sekaligus menghasilkan daging untuk ketahanan pangan,” jelas Dachriansyah.
Langkah ini merupakan upaya strategis untuk memadukan rehabilitasi lingkungan dengan peningkatan ekonomi masyarakat. Bukan hanya soal mengembalikan lahan yang rusak, tetapi menciptakan nilai baru yang berkelanjutan.
Keberhasilan inisiatif ini, kata Dachriansyah, sangat bergantung pada sinergi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Pemerintah Kecamatan Sangasanga berkomitmen melibatkan warga sejak tahap awal, termasuk pelatihan dan pengelolaan peternakan.
“Ini bukan hanya proyek pemerintah atau swasta. Masyarakat akan menjadi pelaku utama, sehingga manfaatnya benar-benar dirasakan langsung oleh mereka,” katanya.
Selain itu, program ini menjadi bagian dari visi besar Kabupaten Kutai Kartanegara untuk membangun ekonomi berkelanjutan. Bupati Kukar Edi Damansyah sebelumnya juga menekankan pentingnya inovasi dalam memanfaatkan potensi daerah.
Peternakan sapi hanya langkah awal. Dachriansyah membayangkan wilayah ini sebagai pertanian terpadu, dengan hortikultura dan tanaman pangan sebagai komponen utamanya. Ini akan menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat, sekaligus mendukung kebutuhan pangan IKN Nusantara.
“Transformasi ini bukan hanya tentang angka produksi, tetapi tentang kehidupan yang lebih baik bagi warga kami,” tegasnya.
Jika berhasil, Sangasanga tidak hanya menjadi bukti bahwa lahan tambang bisa disulap menjadi aset produktif. Wilayah ini juga akan menjadi inspirasi nasional tentang bagaimana keberlanjutan dapat diwujudkan dari sebuah wilayah yang dulu dianggap tidak berdaya.
Transformasi Sangasanga bukan hanya tentang perubahan fisik atau ekonomi. Ini adalah cerita tentang keberanian bermimpi besar di tengah keterbatasan. Dengan kerja sama yang solid, Sangasanga siap menjadi simbol harapan, membuktikan bahwa dari bekas tambang, kehidupan yang lebih baik bisa lahir. (adv)