BRAVO13.ID, Samarinda - Di tengah kemeriahan suasana Istana Negara yang megah, langkah-langkah strategis dalam pembentukan Kabinet Merah Putih akhirnya mencapai puncaknya pada Senin, 21 Oktober 2024. Saat itu, Presiden Prabowo Subianto secara resmi melantik jajaran menteri, wakil menteri, dan kepala badan yang akan mengisi pos-pos penting dalam pemerintahan Indonesia periode 2024-2029. Namun, momen pelantikan tersebut bukan hanya sekadar acara seremonial, melainkan bagian dari proses panjang yang telah dimulai sebelumnya, sebuah langkah yang memicu spekulasi dan perbincangan politik di seantero negeri.
Sebelum pengumuman resmi dilaksanakan, Prabowo terlebih dahulu memanggil sejumlah tokoh ke kediamannya di Rumah Kertanegara pada 14-15 Oktober 2024. Dalam pertemuan itu, sejumlah nama besar muncul, mengundang perhatian publik dan media. Figur-figur populer seperti Raffi Ahmad, Budiman Sudjatmiko, serta tokoh-tokoh agama seperti Haikal Hasan dan Miftah Maulana Habiburrahman (Gus Miftah) menjadi bahan perbincangan hangat. Kehadiran mereka di Kertanegara menimbulkan spekulasi bahwa mereka akan mendapatkan peran penting dalam kabinet. Namun, saat Prabowo mengumumkan daftar resmi para menteri pada 20 Oktober malam, nama-nama tersebut justru tak muncul di Istana Negara, seolah menghilang dari radar politik.
Pergeseran ini menimbulkan pertanyaan bagi publik—apa yang terjadi dengan mereka yang diundang ke Kertanegara namun tak termasuk dalam Kabinet Merah Putih? Selain Raffi Ahmad dan Gus Miftah, tokoh-tokoh lain seperti Sultan Bacthiar, Dahnil Anzar Simanjuntak, dan Iwan Bomba juga tak terlihat dalam daftar pelantikan. Para pengamat politik berspekulasi bahwa Prabowo tengah memainkan strategi yang lebih kompleks, mengelola harapan dan negosiasi di belakang layar sebelum akhirnya menentukan susunan final kabinet.
Pada hari pelantikan, prosesi dimulai dengan pembacaan Surat Keputusan Presiden yang menyatakan pembentukan Kementerian Negara dan pengangkatan 48 menteri baru. Di Istana Negara, para menteri laki-laki tampak gagah dengan balutan jas hitam dan dasi biru muda, sementara para menteri perempuan tampil anggun mengenakan kebaya tradisional. Di tengah keheningan aula Istana Merdeka, Prabowo mengambil sumpah jabatan dari para menterinya, mengukuhkan komitmen mereka untuk menjalankan tugas sesuai amanah konstitusi. Sumpah itu bukan hanya formalitas, melainkan janji yang mengikat, sebuah pengakuan akan tanggung jawab besar yang diemban oleh para pemimpin baru negara ini.
Setelah prosesi sumpah, para menteri secara resmi menandatangani dokumen yang menandai awal perjalanan mereka dalam pemerintahan baru. Prabowo berdiri di sisi mereka, menyaksikan momen bersejarah ini, menegaskan bahwa Kabinet Merah Putih kini telah resmi terbentuk, siap membawa Indonesia memasuki era baru.
Namun, di balik kemegahan pelantikan ini, spekulasi tentang arah kebijakan dan peran figur-figur yang tak masuk dalam kabinet terus berkembang. Meski tak duduk di pemerintahan, kehadiran mereka di Kertanegara masih menyimpan tanda tanya—apakah ini hanya awal dari peran lain yang mungkin akan mereka mainkan di kemudian hari? Satu hal yang pasti, dengan pelantikan ini, Prabowo telah menetapkan langkah awal menuju pemerintahan yang akan mewarnai masa depan Indonesia dalam lima tahun mendatang. (*)