Bravo 13
Dari MTQ 1976 ke 2024, Samarinda Bertransformasi dengan Wajah Baru di Tepian MahakamSamarinda kembali jadi tuan rumah MTQ Nasional setelah hampir lima dekade, membawa wajah baru dengan berdirinya Teras Samarinda di tepi Mahakam.
Oleh Puji Tri1 week ago
Dari MTQ 1976 ke 2024, Samarinda Bertransformasi dengan Wajah Baru di Tepian Mahakam
Pawai MTQ Nasional ke-30 di Tepian Sungai Mahakam, Samarinda. (pemprov kaltim)

BRAVO13.ID, Samarinda - Menyusuri jejak sejarah, Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional IX di Samarinda tahun 1976 bukan sekadar sebuah kompetisi seni baca Alquran, melainkan sebuah peristiwa monumental yang mengubah wajah Kota Tepian untuk selamanya. Pada saat itu, Samarinda, yang masih dalam fase pertumbuhan, mendadak menjadi pusat perhatian nasional ketika dipilih sebagai tuan rumah. Kota ini tidak hanya menyambut peserta terbaik dari seluruh Indonesia, tetapi juga menerima kunjungan istimewa Presiden Soeharto dan tamu-tamu kehormatan dari berbagai penjuru negeri.

Kala itu, Samarinda bersolek seolah menghadapi hajatan besar. Bangunan kumuh dan lapak-lapak kaki lima di sepanjang jalan utama dibereskan. Lapisan debu pembangunan menyelimuti kota, sementara petugas dari OK-3, satuan polisi pamong praja kala itu, dengan tegas merelokasi para pedagang yang bertahan. Tak terkecuali Pasar Pagi yang terkenal padat dan sesak, akhirnya ikut dibongkar, memastikan pandangan ke arah Sungai Mahakam—ikon kota—menjadi lebih bersih dan indah bagi para tamu MTQ.

Sungai Mahakam sendiri sempat direncanakan sebagai tempat berlabuhnya kapal-kapal haji yang akan dijadikan akomodasi para tamu penting. Namun, gagasan itu berubah ketika Masroen Rusli, Ketua Kadin Kaltim kala itu, menyarankan agar tamu-tamu penting bisa menginap di hotel yang lebih nyaman. Gagasan ini menjadi cikal bakal pembangunan Hotel Mesra, yang kini berdiri megah di Jalan Pahlawan Nomor 1, Samarinda.

Tidak hanya penataan kota, infrastruktur jalan juga mendapat perhatian besar. Jalan-jalan yang sebelumnya penuh lubang diperbaiki kilat, dengan anggaran sebesar Rp300 juta dari APBD Kaltim 1976/77. Selama tiga bulan, proyek ini dikebut oleh Dinas Pekerjaan Umum Kaltim, merubah jalan-jalan yang sebelumnya berlubang menjadi jalur mulus sepanjang 40 kilometer.

Namun, dampak terbesar dari MTQ IX mungkin adalah rampungnya Jalan Poros Samarinda-Tenggarong yang menjadi akses utama antar kedua kota ini. Jalan sepanjang 50 kilometer yang telah lama tertunda akhirnya selesai dalam hitungan bulan. Jalur transportasi utama Samarinda-Balikpapan sepanjang 110 kilometer yang sebelumnya hanya bisa ditempuh lewat udara dan sungai, juga diselesaikan tepat waktu untuk menyambut perhelatan ini.

Pada 28 Juli 1976, Samarinda mencapai puncak kemeriahannya. Presiden Soeharto bersama Ibu Negara, Tien Soeharto, tiba di Balikpapan sebelum melanjutkan perjalanan ke Samarinda untuk membuka MTQ Nasional IX di Stadion Segiri. Kehadiran para pejabat tinggi, gubernur, duta besar negara-negara Islam, dan menteri Kabinet Pembangunan menambah khidmat perhelatan ini. Sebanyak 189 qari dan qariah dari 26 provinsi beradu kebolehan, dan Samarinda pantas berbangga ketika salah satu qarinya berhasil meraih gelar juara.

MTQ IX bukan hanya sebuah lomba, tetapi menjadi katalisator perubahan besar bagi Samarinda. Dari penataan kota hingga pembangunan infrastruktur, Samarinda membuka babak baru yang memperlihatkan bahwa pembangunan bisa dipercepat untuk mengejar ketertinggalan, bahkan di kota-kota yang berada jauh dari pusat pemerintahan seperti Samarinda.

Kini, setelah hampir lima dekade berlalu, sejarah kembali berulang. Samarinda dipercaya menjadi tuan rumah MTQ Nasional ke-30 pada tahun 2024, membawa gelombang perubahan yang serupa, tetapi dalam wujud yang lebih modern dan maju. Kali ini, Samarinda hadir dengan wajah barunya yang terpancar dari sebuah proyek ambisius yang menjadi simbol kebanggaan kota: Teras Samarinda.

Jika pada 1976, pembangunan infrastruktur kota dipacu demi menyambut para tamu MTQ, kini Samarinda menghadirkan Teras Samarinda sebagai bukti nyata dari transformasi kota. Terletak di tepian Sungai Mahakam, proyek ini menghidupkan kembali kawasan yang dulu penuh sesak dengan bangunan kumuh, menjadi ruang terbuka hijau yang ramah bagi warga dan pengunjung.

Teras Samarinda bukan sekadar ruang publik biasa. Jalur pedestrian yang panjang, taman-taman hijau yang tertata rapi, serta fasilitas modern seperti gazebo dan area duduk, menjadikan kawasan ini sebagai magnet baru bagi masyarakat untuk beraktivitas dan menikmati kehidupan kota di tepian sungai yang legendaris itu. Proyek ini juga menghidupkan sektor ekonomi lokal, dengan banyaknya UMKM yang kini beroperasi di sekitar kawasan, menjual kuliner dan suvenir kepada pengunjung.

Sebagaimana MTQ IX yang menjadi momentum perubahan besar di masa lalu, MTQ Nasional ke-30 ini diharapkan akan membawa lebih banyak manfaat bagi Samarinda. Tidak hanya dari sisi spiritual, tetapi juga dalam memperlihatkan wajah modern kota yang siap bersaing di kancah nasional. Teras Samarinda kini menjadi simbol dari visi besar Samarinda, kota yang tidak hanya mengedepankan estetika, tetapi juga kesejahteraan warganya.

Bagi Samarinda, MTQ Nasional ke-30 bukan sekadar perhelatan akbar, melainkan bukti dari perjalanan panjang menuju kota yang lebih baik, lebih hijau, dan lebih maju. Sebuah transformasi yang diharapkan tidak hanya mempercantik Samarinda untuk sementara, tetapi juga membawa dampak jangka panjang bagi kualitas hidup dan potensi pariwisata di kota ini. Teras Samarinda menjadi saksi bisu dari perubahan tersebut, membentang indah di tepi Sungai Mahakam, menyambut masa depan yang lebih cerah untuk Kota Tepian. (*)

Dapatkan informasi dan insight pilihan bravo13.id

Berita Terkait