BRAVO13.ID, Samarinda - Keputusan aktris Maudy Koesnaedi untuk mundur dari tim pemenangan Pramono Anung-Rano Karno dalam Pilkada DKI Jakarta 2024 menyita perhatian publik. Keberadaannya dalam tim tersebut, khususnya di posisi Wakil Ketua, telah menjadi sorotan. Namun, Jumat, 6 September 2024, sebuah kabar yang mengundang tanda tanya muncul ketika Rano Karno mengonfirmasi pengunduran diri Maudy dalam sebuah wawancara di Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
"Iya, untuk Maudy saya harus klarifikasi," kata Rano dengan nada yang berat. Baginya, keputusan ini bukan sekadar formalitas, tapi ada pertimbangan yang lebih mendalam, terutama terkait dengan latar belakang dan kontribusi yang bisa diberikan. “Kenapa saya pilih Zaenab, karena dia pemerhati kebudayaan, terutama Betawi. Jadi Maudy tidak lagi (dalam daftar tim pemenangan), namanya sudah saya cabut. Tapi prinsipnya, tetap mendukung,” lanjut Rano dalam video yang kemudian diunggah oleh Maudy Koesnaedi di Insta Story-nya pada hari yang sama.
Dalam keterangannya, Maudy mengungkapkan alasan yang begitu personal dan realistis. Di balik gemerlap layar kaca dan panggung politik, Maudy merasa jarak menjadi kendala utama yang tak bisa diabaikan. "Saya menyampaikan maaf enggak bisa dampingin Bang Doel karena tinggal di Bali," tulisnya, merujuk pada julukan akrab Rano Karno dalam sinetron legendaris Si Doel Anak Sekolahan.
Keputusannya untuk mundur ini juga diwarnai oleh ketidaktertarikannya terhadap dunia politik. Maudy lebih memilih fokus pada bidang seni dan kebudayaan, area yang sudah lama menjadi dunianya. “Kalau diminta menyampaikan aspirasi seni budaya dan pekerja kreatif, Insya Allah siap. Pahamnya soal itu, enggak paham politik,” tambahnya, seakan menegaskan bahwa pengabdian bukan selalu tentang panggung politik.
Di balik mundurnya Maudy, tersirat hubungan personal yang kuat antara dirinya dan Rano Karno. Kisah mereka telah berakar sejak era Si Doel Anak Sekolahan, di mana Rano Karno sebagai sutradara sekaligus pemeran utama, Si Doel, bersanding dengan Maudy yang berperan sebagai Zaenab, dan Cornelia Agatha sebagai Sarah. Hubungan ini lebih dari sekadar rekan kerja; mereka adalah bagian dari sebuah perjalanan panjang yang melibatkan kisah asmara fiktif yang mendalam antara Doel, Sarah, dan Zaenab, kisah yang mampu memikat hati jutaan penonton Indonesia.
Tidak hanya Maudy, nama-nama besar lainnya juga hadir dalam tim pemenangan ini, termasuk Cornelia Agatha yang juga bersahabat lama dengan Rano. Di balik kemunculan mereka dalam politik, terselip nostalgia bagi banyak orang yang mengingat kenangan masa lalu lewat sinetron Si Doel. Kehadiran mereka seakan membawa warna yang berbeda ke dunia politik yang penuh intrik, seolah mengingatkan bahwa hati dan perasaan tetap memiliki tempat di balik strategi politik.
Dalam tim pemenangan Pramono Anung-Rano Karno, tokoh-tokoh dari dunia hiburan tidak hanya menjadi simbol. Ada juga Cak Lontong, komedian yang dikenal dengan kritik satirnya, memimpin tim tersebut. Nama-nama seperti Cornelia Agatha, Once Mekel, hingga Tina Toon turut terlibat dalam barisan yang penuh kreativitas dan ide segar.
Mundurnya Maudy Koesnaedi mungkin hanyalah satu cerita dari sebuah panggung politik yang luas, tapi di balik itu, terlihat bagaimana seni, kebudayaan, dan persahabatan turut mewarnai langkah-langkah politik di Jakarta. (*)