BRAVO13.ID, Samarinda - Kisah perjalanan Antony dalam dunia sepak bola penuh dengan lika-liku yang menguras emosi. Ia tiba di Old Trafford pada Agustus 2022 dengan status mega transfer senilai £82 juta dari Ajax, digadang-gadang bakal jadi bintang besar di Manchester United. Namun, ekspektasi publik yang begitu tinggi berbanding terbalik dengan performa di lapangan. Dua musim berlalu, Antony terpuruk. Ia hanya mencatat 12 gol dan lima assist dari 96 pertandingan—angka yang jauh dari harapan fans Setan Merah.
Kritik demi kritik menghantam, diperparah oleh masalah pribadi yang membuat winger Brasil ini kehilangan tempat di skuad utama. Lampu sorot Old Trafford, yang seharusnya menjadi panggung mimpinya, justru berubah menjadi palu godam yang menciptakan isolasi dan keraguan.
Kehidupan Baru di Real Betis
Situasi itu berubah drastis ketika Real Betis, klub Spanyol dengan semangat juang yang khas, memberinya kesempatan hidup baru. Transfer pinjaman di paruh kedua musim 2024-25 menjadi pelepasan dari belenggu psikologis. Di Spanyol, permainan Antony kembali hidup dan energinya seperti terlahir ulang.
Betis segera mempermanenkan statusnya. Keputusan itu dibalas tuntas. Antony langsung tampil menonjol di awal musim, mencetak enam gol dan dua assist dalam 10 laga di semua ajang. Ia tidak hanya memulihkan kariernya, tetapi juga merebut kembali martabat dan kepercayaan dirinya sebagai pemain yang dulu sempat diragukan banyak orang. Ia telah bertransformasi dari pemain yang dianggap gagal menjadi sorotan utama La Liga.
“Bermimpilah Besar”: Sebuah Pesan Moral
Kebangkitan ini membawanya pada pengakuan yang lebih dari sekadar statistik gol. Pemain berusia 25 tahun ini menerima penghargaan Silver Dove dari Sekolah Budaya Perdamaian di Sevilla atas kisah hidupnya yang inspiratif. Di momen itu, ia mengungkapkan rasa bangga sekaligus pesan moral bagi generasi muda.
“Bermimpilah besar. Saya telah melalui banyak hal dan hari ini saya baik-baik saja, saya bahagia. Saya telah melalui suatu proses dan jika saya boleh memberikan satu nasihat kepada semua anak, itu adalah untuk selalu bermimpi besar, karena itu mungkin untuk dicapai. Saya adalah bukti nyata dari hal itu,” ujar Antony dengan penuh emosi. Kisahnya kini menjadi simbol kebangkitan dan ketekunan.
Mengenang Periode Terberat di Manchester
Di balik senyum dan kesuksesan barunya, Antony tak menutupi kenyataan pahit yang ia alami selama di Manchester United. Ia mengaku sempat merasa terisolasi dan tidak dihargai, terutama di masa-masa tersulitnya di Inggris.
Dalam wawancara bersama El Desmarque, ia mengenang periode gelap tersebut dengan jujur. “Bulan-bulan di Inggris sangat berat, lebih dari 40 hari di hotel, berlatih terpisah… Saya merasa mereka tidak menghargai saya, tapi bukan itu intinya. Saya tidak ingin menciptakan kontroversi; begitulah hidup,” katanya.
Meski penuh tekanan dan ketidakpastian, Antony tetap berpegang pada keyakinannya. “Hanya keluarga saya yang tahu betapa sulitnya berada di sana. Berlatih terpisah. Tapi saya tahu momen luar biasa ini akan datang. Tentu saja, saya takut itu tidak akan terjadi pada akhirnya, tetapi saya menunggu karena saya memiliki keyakinan yang begitu besar,” ujarnya.
Kini, di Betis, Antony menemukan kedamaian yang lama ia cari. Ia disambut hangat, bahkan mengaku sulit tidur setelah melihat dukungan besar yang datang sejak hari pertama. Kisahnya menjadi bukti nyata bahwa terkadang, tempat baru adalah awal dari kebahagiaan yang sebenarnya. (*)

