Bravo 13
Volume Sampah Melonjak, TPS3R Loa Kulu Bakar 1,3 Ton Sampah per HariLonjakan sampah rumah tangga di Loa Kulu memaksa TPS3R Barokah membakar 1,3 ton sampah per hari akibat keterbatasan alat dan teknologi.
Oleh Bobby Lolowang2025-09-25 00:39:00
Volume Sampah Melonjak, TPS3R Loa Kulu Bakar 1,3 Ton Sampah per Hari
Petugas TPS3R Barokah Loa Kulu memproses botol plastik sebelum dimasukkan ke mesin press untuk pemadatan. (Istimewa)

BRAVO13.ID, Loa KuluLonjakan volume sampah rumah tangga di Kecamatan Loa Kulu kini menjadi tantangan serius bagi pengelolaan lingkungan di tingkat lokal. Setiap hari, rata-rata 1,3 ton sampah masuk ke Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) Barokah, jauh melebihi kapasitas pengolahan yang tersedia.

Di tengah keterbatasan peralatan dan dukungan teknis, satu-satunya opsi yang tersisa adalah pembakaran. Langkah ini memang tidak ideal, tetapi bagi pengelola TPS3R, itu menjadi pilihan pragmatis untuk mencegah penumpukan sampah di permukiman.

“Setiap hari sekitar 1,3 ton sampah kami bakar setelah dipilah. Yang punya nilai ekonomi seperti plastik dan kertas kami pisahkan lebih dulu,” kata Ketua TPS3R Barokah, Muhammad Fadli, Kamis (24/9/2025).

Fadli menuturkan, dari total sampah yang diterima, hanya sekitar 25–30 persen yang bisa didaur ulang. Sisanya adalah residu, termasuk bahan organik bercampur dan plastik multi-layer yang sulit diproses. “Kalau ada teknologi pengolahan yang lebih modern, kami pasti ingin kurangi pembakaran,” ujarnya.

Pantauan di lapangan memperlihatkan proses pemilahan dilakukan secara manual oleh pekerja lokal. Di area belakang, mesin press sederhana digunakan untuk memadatkan botol plastik sebelum dijual ke pengepul. Sementara material residu dibakar di ruang tertutup untuk mengurangi asap yang mencemari lingkungan.

Bagi warga sekitar, keberadaan TPS3R Barokah tetap membawa manfaat nyata. Sebelum fasilitas ini ada, sampah sering menumpuk di pinggir jalan dan terbawa ke sungai saat hujan. Kini, sebagian besar rumah tangga di Loa Kulu sudah memiliki sistem pengumpulan rutin yang dikoordinasikan oleh pengelola TPS3R.

“Paling tidak sekarang sampah di desa tidak berserakan seperti dulu. Ada sistem pengangkutan dan pengolahan, walau masih terbatas,” ungkap Fadli.

Namun ia menekankan, solusi jangka panjang tak bisa berhenti di level lokal. Pengelolaan sampah membutuhkan kolaborasi lintas pihak—pemerintah daerah, pelaku industri, dan masyarakat—untuk memastikan sistem yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

“Harapan kami ada dukungan lebih, baik pendampingan maupun fasilitas. Kalau hanya mengandalkan tenaga dan alat seadanya, sulit bagi kami untuk benar-benar mewujudkan pengelolaan yang hijau,” pungkasnya. (adv)

Dapatkan informasi dan insight pilihan bravo13.id

Berita Terkait