BRAVO13.ID, Samarinda - Miami, kota yang memancarkan energi tropis dan ambisi besar, kini resmi menjadi panggung penutup bagi salah satu kisah paling agung dalam sejarah sepak bola. Setelah saga negosiasi yang menguras perhatian global, mega bintang Argentina, Lionel Messi, akhirnya mengakhiri spekulasi. Dengan goresan tinta di atas lembar kontrak, ia mengikatkan diri pada proyek ambisius Inter Miami, sebuah komitmen yang beraroma janji dan potensi sejarah.
Kesepakatan anyar berdurasi tiga tahun ini bukan sekadar perpanjangan masa kerja; ia adalah pengukuhan bahwa Miami, hingga tahun 2028, akan menjadi rumah terakhirnya di pentas profesional. Pada usia yang akan menginjak 38 tahun, kontrak ini menggarisbawahi tekad Messi untuk menutup lembaran karier yang telah terentang sejak debutnya bersama Barcelona pada 2004—sebuah perjalanan nyaris seperempat abad yang penuh gelar dan rekor yang tak tertandingi.
Pengumuman itu sendiri diluncurkan dengan gaya khas pemilik klub, David Beckham: dramatis dan penuh glamour. Sehari menjelang krusialnya laga playoff MLS melawan Nashville, Inter Miami memilih momen tepat untuk menabuh genderang. Melalui unggahan media sosial yang menampilkan Messi dengan senyum samar dan pena di tangan, klub memastikan magnet terbesar mereka akan tetap berada di sana.
Jantung Proyek dan Magnet Ikonik
Keputusan ini jauh melampaui statistik di lapangan. Kehadiran Messi adalah oksigen bagi identitas dan masa depan Inter Miami. Ia adalah arsitek utama, sekaligus batu penjuru dari proyek raksasa yang sedang dibangun oleh klub.
Saat ini, di dekat hiruk-pikuk Bandara Internasional Miami, sebuah stadion megah tengah didirikan—sebuah markas permanen yang dirancang untuk menampung mimpi-mimpi besar. Messi, sang pemegang palu godam, adalah jaminan bahwa setiap kursi akan terisi, setiap jersey akan terjual, dan setiap pandangan dunia akan tertuju pada klub berbendera merah muda-hitam ini. Ia adalah ikon yang mengubah Inter Miami, dari sekadar tim ekspansi, menjadi kiblat baru sepak bola Amerika. Keputusan Messi melanjutkan kariernya di sini adalah kabar besar, bukan hanya bagi klub, tetapi juga bagi Major League Soccer secara keseluruhan.
Sang Dominator Tua yang Menolak Pudar
Bagi Major League Soccer (MLS), komitmen Messi adalah karunia tak ternilai. Sebagai MVP MLS musim lalu, ia kini kembali menjadi kandidat terkuat, berpotensi mencetak sejarah sebagai pemain pertama yang memenangkan penghargaan tersebut dua musim berturut-turut.
Angka-angka musim ini adalah puisi. Messi mencatatkan statistik impresif dengan torehan 29 gol dan 19 assist, sebuah kontribusi luar biasa yang menjadikannya top skor sekaligus kontributor gol terbanyak di liga dengan total 48—hanya satu angka di belakang rekor Carlos Vela pada 2019. Lebih dari itu, ia menorehkan rekor baru sebagai pemain pertama yang mampu mencetak lebih dari satu gol dalam lima laga beruntun, serta sepuluh pertandingan dengan dwi-gol. Messi, sang veteran, justru bermain dengan statistik prima yang membuat para pemain muda pun tertunduk.
Mengukir Babak Terakhir
Kini, panggung telah diatur untuk babak penutup. Di sekelilingnya, perubahan besar mulai terasa. Para sahabat karibnya telah mulai undur diri. Jordi Alba dan Sergio Busquets telah memutuskan gantung sepatu, sementara nasib Luis Suarez masih menggantung.
Namun, Lionel Messi memilih untuk berdiri tegak, menjadi mercusuar di tengah badai perombakan. Ia memilih bertahan, bukan untuk membuktikan apa-apa lagi—gelar juara dunia dan tujuh Ballon d'Or telah menegaskan kedudukannya—tetapi untuk menulis bagian terakhir dari mahakarya kariernya.
Di bawah langit Miami, dengan sisa tenaga, kecerdasan bermain yang tak tertandingi, dan sentuhan magis yang tetap abadi, Messi akan menutup lembaran hidupnya di lapangan hijau. Yang tersisa hanyalah menulis bab terakhir dari kisah paling gemilang dalam sejarah sepak bola dunia. (*)

