Bravo 13
Yupa Muara Kaman Didorong Masuk Daftar Memori Kolektif BangsaFestival Yupa di Tenggarong menjadi upaya Kutai Kartanegara menghidupkan kembali warisan Kerajaan Mulawarman lewat arsip dan literasi.
Oleh Handoko2025-10-18 17:34:00
Yupa Muara Kaman Didorong Masuk Daftar Memori Kolektif Bangsa
Panitia dan peserta Festival Memory of Yupa Muara Kaman berfoto bersama seusai konferensi pers di Taman Tanjong, Tenggarong, Jumat malam. (Istimewa)

BRAVO13.ID, TENGGARONG – Di antara cahaya lampu taman dan alunan musik malam itu, sekelompok orang duduk bersisian di Taman Tanjong. Mereka bukan sekadar berkumpul, tapi sedang menghidupkan kembali kisah 17 abad lalu tentang kemurahan hati Raja Mulawarman yang diukir di batu Yupa di Muara Kaman. Dari prasasti tua itu, Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Diarpus) Kutai Kartanegara mencoba membangun jembatan antara masa lalu dan generasi masa kini melalui arsip, literasi, dan festival budaya.

Plt Kepala Diarpus Kukar, Rinda Desianti, mengatakan tujuh prasasti Yupa pertama kali ditemukan pada 1879 di Bukit Brubus, Muara Kaman. Isinya mencatat penghormatan Raja Mulawarman kepada para brahmana. “Salah satu arsip yang kami daftarkan ke ANRI adalah Yupa Muara Kaman. Tujuannya agar diakui sebagai bagian dari Memori Kolektif Bangsa,” ujarnya, Jumat malam, 17 Oktober 2025.

Ia menambahkan, langkah tersebut sejalan dengan inisiatif Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIV Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara yang mengusulkan tujuh prasasti Yupa ke UNESCO agar masuk dalam program Memory of the World. “Kami berharap Yupa bisa menjadi tonggak sejarah bangsa dan identitas budaya yang dikenal kembali,” kata Rinda.

Dalam kegiatan bertajuk Memory of Yupa Muara Kaman itu, Dedi Nala Arung dari komunitas Naga Pore memaparkan adanya lomba menulis cerita rakyat dan feature jurnalistik. Peserta diminta menulis minimal 1.500 kata untuk cerita rakyat dan 2.000 kata untuk berita feature. “Temanya sederhana: menulis cerita, merawat budaya. Kutai punya tradisi lisan kuat seperti tarsul, mamai, dan dongeng. Lewat lomba ini, kami ingin budaya tutur itu menemukan bentuk baru lewat tulisan,” ujarnya.

Selain lomba menulis, panitia juga menyiapkan kompetisi reels Instagram untuk menarik minat generasi muda. Dedi menegaskan seluruh karya harus orisinal dan bebas unsur SARA. “Kalau pakai referensi, wajib mencantumkan sumbernya,” tambahnya.

Rinda menyebut, tahun depan Diarpus Kukar berencana membangun depo arsip dan diorama sejarah. “Konsepnya agar masyarakat bisa belajar sejarah lewat arsip visual. Dari masa Mulawarman, Islam masuk, kemerdekaan, sampai Kukar hari ini,” jelasnya. Diorama itu, katanya, juga dirancang sebagai sarana edukasi publik berbiaya terjangkau.

Festival Yupa menjadi bagian dari proses nominasi arsip ke ANRI. Rinda menuturkan, festival adalah tahapan akhir sebelum dokumen dikirim ke ANRI untuk diverifikasi dalam Registrasi Memori Kolektif Bangsa.

Dari Muara Kaman, batu-batu Yupa tetap berdiri dalam diam. Namun lewat arsip, tulisan, dan festival, sejarah Kutai berusaha bersuara kembali—menghubungkan masa Mulawarman dengan masyarakat yang terus mencari akar budayanya. (adv)

Dapatkan informasi dan insight pilihan bravo13.id

Berita Terkait