Bravo 13
Delegasi IKI–JET dari 9 Negara Apresiasi Rehabilitasi Tambang MHU yang Ciptakan 200 Lapangan Kerja BaruDelegasi dari sembilan negara meninjau kawasan pascatambang di Kutai Kartanegara, tempat bekas tambang batu bara kini hidup kembali lewat agroindustri.
Oleh Handoko2025-10-21 15:51:00
Delegasi IKI–JET dari 9 Negara Apresiasi Rehabilitasi Tambang MHU yang Ciptakan 200 Lapangan Kerja Baru
Delegasi dari sembilan negara meninjau kawasan pascatambang PT Multi Harapan Utama (MHU) yang kini berkembang menjadi lahan agroindustri di Desa Jonggon Jaya, Kutai Kartanegara. (Istimewa)

BRAVO13.ID, Loa Kulu – Hamparan lahan hijau di Jonggon Jaya kini menutupi bekas lubang tambang yang dulu menganga. Di atas tanah itu tumbuh sereh wangi, sayuran, dan kandang sapi—jejak baru dari wilayah yang dulu dikenal sebagai jantung produksi batu bara PT Multi Harapan Utama (MHU).

Rabu (15/10), kawasan itu menjadi tujuan kunjungan delegasi internasional International Climate Initiative – Just Energy Transition (IKI–JET) yang diinisiasi GIZ. Lebih dari 40 peserta dari sembilan negara meninjau langsung bagaimana MHU mengubah lahan pascatambang menjadi pusat agroindustri dan ekonomi sirkular.

Delegasi datang dari Chile, Kolombia, Mongolia, Afrika Selatan, Thailand, Vietnam, India, Kazakhstan, dan Indonesia. Turut hadir pula perwakilan Kementerian ESDM, Kemenko Perekonomian, dan Bappenas. Kunjungan ini bagian dari International Capacity Development Program for Coal Regions in Transition untuk memperkuat pertukaran pengetahuan tentang transisi energi berkeadilan.

Kepala Teknik Tambang MHU, Aris Subagyo, menjelaskan bahwa transisi energi tak hanya soal mengganti sumber energi. “Transisi energi yang adil bukan hanya tentang beralih dari fosil ke energi baru, tetapi juga tentang menjaga kehidupan dan memberdayakan masyarakat,” ujarnya.

MHU menjalankan program pemberdayaan masyarakat melalui CSR dan PPM berbasis pemetaan sosial. Tujuannya agar dampak ekonomi pascatambang tetap bertahan. Program itu melibatkan masyarakat, koperasi, UMKM, BUMDes, hingga lembaga pendidikan untuk memastikan keberlanjutan manfaatnya.

Salah satu hasilnya terlihat pada BUMDes Sungai Payang. Badan usaha desa itu kini mencatat omzet hingga Rp19 miliar pada 2024. Lebih dari 200 warga, termasuk perempuan tunggal dan keluarga prasejahtera, mendapat pekerjaan di sektor logistik, katering, dan konstruksi. Sejak 2020, BUMDes ini bahkan memiliki program CSR sendiri.

Perubahan juga menyentuh masyarakat adat Dayak Kenyah di Desa Lung Anai. Dua belas perempuan adat mengolah biji kakao lokal menjadi cokelat bermerek melalui “Rumah Cokelat Lung Anai”. Usaha ini berjalan di bawah bimbingan BUMDes Ba Waqna dan menjadi salah satu model bisnis pertama di Indonesia yang dijalankan langsung oleh masyarakat adat.

Inisiatif serupa berlangsung di bidang pertanian. Bersama PT Bramasta Sakti dan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, MHU mengembangkan riset transformasi lahan pascatambang menjadi kawasan agroindustri. Hasil riset itu melahirkan pupuk organik “Biomasta” yang dibuat dari kotoran sapi di Jayatama Miniranch.

Pupuk tersebut kini diuji untuk budidaya sereh wangi di lahan pascatambang. Upaya ini menjadi bagian dari pengembangan ekonomi sirkular di wilayah eks tambang.

MHU juga menggandeng SMK El Fhaluy Al Faizin dan SMKN 3 Tenggarong dalam program praktik kerja lapangan. Siswa mendapat pelatihan langsung di unit peternakan dan hortikultura Jayatama Miniranch. Kolaborasi ini memperkuat keterampilan generasi muda di sektor pertanian modern.

Aris menegaskan bahwa transformasi sejati bermula dari manusia. “Setiap program kami berorientasi pada pemberdayaan dan kolaborasi lintas sektor agar komunitas sekitar tambang tetap tumbuh dan mandiri,” katanya.

Dari area yang dulu menjadi simbol eksploitasi batu bara, kini tumbuh kehidupan baru. Agroindustri, riset, dan kegiatan ekonomi lokal menjadi bukti bahwa lahan pascatambang masih bisa berproduksi dan memberi manfaat nyata bagi masyarakat. (*)

Dapatkan informasi dan insight pilihan bravo13.id

Berita Terkait