
BRAVO13.ID, Tenggarong - Makna di balik setiap upacara adat Erau tak pernah sekadar seremonial. Dari generasi ke generasi, Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura menjaga agar tradisi itu tetap berpijak pada akar sejarah dan kehendak Sultan. Tahun ini, Erau kembali digelar pada 21–29 September 2025 dengan simbol utama mahkota atau ketopong Sultan.
Perwakilan Kesultanan sekaligus Inspektur Daerah Kutai Kartanegara, Heriansyah HP Noto Negoro, menjelaskan makna filosofis di balik lambang dan pelaksanaan Erau.
“Erau itu merupakan keinginan Sultan. Dalam tradisi kami, ada yang dieraukan dan ada yang mengeraukan. Yang dieraukan adalah Sultan, sedangkan yang mengeraukan ialah para kerabat Kesultanan,” ujarnya dalam konferensi pers di Kantor Disdikbud Kukar, Minggu (7/9/2025).
Ia menjelaskan, pemilihan mahkota sebagai logo resmi Erau tahun ini memiliki arti mendalam.
“Mengapa logonya mahkota atau ketopong? Karena maknanya, Erau berasal dari kehendak Sultan sendiri,” katanya.
Heriansyah juga menyinggung asal mula tradisi ini dari masa Aji Batara Agung Dewa Sakti. Saat itu, menurut kisah turun-temurun, sang Sultan menerima pesan dari orang tuanya melalui mimpi untuk mengadakan upacara Erau selama 40 hari sebelum turun ke tanah pada usia tujuh tahun.
“Sekarang, pelaksanaannya disesuaikan menjadi tujuh hari,” jelasnya.
Untuk pelaksanaan tahun ini, simbol ketopong kembali diangkat sebagai penegasan bahwa seluruh rangkaian Erau merupakan wujud kehendak dan restu Sultan.
“Ketopong adalah lambang kekuasaan dan kehormatan Sultan. Pelaksanaan Erau 2025 menegaskan bahwa semuanya bersumber dari keinginan Sultan,” tegas Heriansyah. (adv)