
BRAVO13.ID, Tenggarong - Dari tepi Sungai Mahakam, Tenggarong tumbuh sebagai saksi panjang peradaban. Lebih dari dua abad lalu, kota ini menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura. Kini, saat usianya menapaki 243 tahun, warisan sejarah itu berpadu dengan ambisi modernisasi yang terus bergulir.
Dalam Sidang Paripurna HUT ke-243 Kota Tenggarong di gedung DPRD Kukar, Senin (29/9/2025), Bupati Kutai Kartanegara Aulia Rahman Basri menegaskan posisi Tenggarong sebagai kota bersejarah dan barometer pembangunan di daerah.
“Tenggarong adalah gambaran kota peradaban yang terbentuk sejak zaman kerajaan hingga kini, menjadi tolok ukur pembangunan di Kukar,” ucapnya.
Aulia menyebut, pembangunan Tenggarong diarahkan sebagai kota modern yang terintegrasi dengan konsep compact city. Fasilitas perkotaan terus ditingkatkan, mulai dari jalan penghubung, ruang publik, pusat olahraga, hingga sarana perdagangan. Dalam waktu dekat, pemerintah akan meresmikan Pasar Tangga Arung, yang disebut sebagai pusat perdagangan semi-modern terbesar di Kukar.
“Bangunan ini simbol perkembangan kota yang maju, dengan layanan belanja yang aman, nyaman, dan terjangkau,” katanya.
Bupati juga menyoroti kemajuan layanan dasar. Dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi, serta fasilitas kesehatan yang terus berkembang. Ia menegaskan, Tenggarong kini siap menjadi pusat pengembangan sumber daya manusia yang berdaya saing. Selain itu, ruang terbuka publik dan Creative Center Kutai Kartanegara akan menjadi wadah bagi komunitas seni dan budaya.
Dalam sektor pariwisata, Pemkab Kukar menyiapkan integrasi kawasan Museum Mulawarman, Waduk Panji Sukarame, dan Pulau Kumala dalam satu konsep waterfront city.
“Hal ini bukan sekadar mimpi, tapi harus kita mulai. Kota yang nyaman adalah kota yang ramah terhadap aktivitas masyarakatnya,” ujar Aulia.
Ia menambahkan, posisi Tenggarong kini semakin strategis sebagai bagian dari poros pembangunan Kalimantan Timur bersama Ibu Kota Nusantara, Samarinda, dan Balikpapan. Karena itu, Kukar harus siap menghadapi dampak sosial dan ekonomi dari kebijakan pembangunan nasional tersebut.
“Kita harus menjadi bagian penting dari kesuksesan pembangunan nasional, tanpa meninggalkan kesejahteraan masyarakat,” tegasnya.
Bupati Aulia menutup sambutannya dengan ajakan menjaga kebersamaan antara pemerintah dan Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.
“Pemerintah akan terus bersama kesultanan menjaga budaya dan tradisi erau agar tetap hidup dan berkembang,” ujarnya sebelum menutup pidato dengan pantun:
Sungai Mahakam airnya dalam,
Tempat nelayan mencari ikan.
Adat Kutai janganlah hilang,
Warisan leluhur kita lestarikan. (adv)