
BRAVO13.ID, Tenggarong - Sejak pagi, Jalan Diponegoro di depan Museum Mulawarman dipenuhi warga yang datang berombongan. Tikar panjang terhampar di sepanjang jalan, di atasnya tersaji nasi kuning, kue basah, lauk tradisional, hingga buah lokal. Ribuan orang dari berbagai kalangan duduk berhadap-hadapan, tanpa sekat jabatan maupun status. Inilah Beseprah, tradisi makan bersama yang menjadi ikon utama Pesta Adat Erau Kutai Kartanegara, Kamis (25/9/2025).
Bupati Kutai Kartanegara Aulia Rahman Basri duduk di antara masyarakat, berbaur tanpa pembatas protokoler. Ia menegaskan bahwa Beseprah bukan sekadar ritual makan ramai-ramai, melainkan simbol kesetaraan antara pemimpin dan rakyat.
“Filosofi Beseprah adalah kederajatan. Pemimpin harus melayani masyarakatnya, duduk bersama dan menikmati apa adanya,” ucapnya.
Tradisi ini telah diwariskan sejak masa Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura. Setiap tahun, warga dan pejabat duduk sejajar, menyantap makanan yang dikumpulkan secara gotong-royong. “Jangan dipandang hanya sebagai makan bersama. Ada pesan besar: pemerintah itu hadir untuk rakyatnya,” lanjut Aulia.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kukar, Thauhid Afrilian Noor, menjelaskan bahwa pelaksanaan Beseprah tahun ini diikuti sekitar 70 peserta resmi. Mereka terdiri dari organisasi perangkat daerah, 20 kecamatan, hingga organisasi masyarakat.
“Alhamdulillah, pelaksanaan hari ini berjalan lancar dan sukses,” ujarnya.
Thauhid menegaskan, esensi Beseprah terletak pada nilai kebersamaan dan gotong royong. Ia berharap tradisi ini tidak berhenti di acara Erau, tapi diteruskan hingga ke lingkungan terkecil.
“Silakan dilakukan di tingkat RT, kelurahan, sekolah, atau komunitas. Tidak ada larangan. Ini budaya silaturahmi yang ingin kita hidupkan,” katanya.
Ia juga menyebut antusiasme warga tetap tinggi setiap tahun. Tahun ini, pelaksanaan dinilai lebih tertib dan edukatif. “Beseprah tetap menjadi ikon utama Erau yang selalu ditunggu masyarakat,” ujarnya.
Prosesi makan bersama berlangsung khidmat diiringi musik tradisional. Warga saling berbagi makanan, tertawa, dan bersyukur. Di antara mereka, tampak pejabat daerah, tokoh adat, serta anggota Kesultanan Kutai Kartanegara duduk sejajar menikmati hidangan yang sama. (adv)