BRAVO13.ID, Tenggarong - para pekerja dapur berdiri rapat di sepanjang meja stainless steel. Di depan mereka, barisan nampan logam kosong menunggu giliran diisi nasi, lauk, dan sayur. Tangan-tangan bersarung plastik bergerak cepat, nyaris tanpa suara selain denting sendok dan gesekan wadah logam. Di antara mereka, beberapa pejabat mengamati dengan saksama, sebagian mencatat, sebagian bertanya singkat.
Pemandangan itu terjadi di Dapur Makanan Bergizi Gratis (MBG) di Jalan Mayjend Panjaitan, Tenggarong, Selasa, 14 Oktober 2025. Tempat ini menjadi salah satu titik perhatian setelah maraknya pemberitaan tentang dugaan keracunan makanan dalam program MBG di beberapa daerah.
Di ruang seluas sekitar seratus meter persegi itu, aroma tumisan bercampur dengan udara dingin dari pendingin ruangan. Tidak ada yang ingin mengulang kesalahan serupa dengan daerah lain. Semua tampak lebih berhati-hati.
Anggota DPD-MPR RI Adji Mawarni berdiri di antara para pekerja dapur, menyimak proses penyiapan makanan. “Harapan kita ingin terus mendukung pemerintah dalam program ini, karena memang ini adalah program kerakyatan yang harus terus didukung,” ujarnya.
Namun ia tak menutup mata terhadap isu yang membayangi. “Ketika banyak pemberitaan miring terkait program MBG ini, salah satunya keracunan makanan, itu sangat mempengaruhi program pemerintah,” ucapnya, suaranya tegas namun tenang.
Kedatangannya ke Kukar bukan sekadar kunjungan seremonial. Ia menyebut langkah turun langsung sebagai bagian dari pengawasan dan upaya memperkuat kepercayaan publik. “Sebagai perwakilan daerah, kami turun ke lapangan untuk memperkuat pengawasan agar tidak terjadi hal-hal seperti keracunan makanan,” kata Adji.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Kukar Sunggono yang mendampinginya mengatakan bahwa pemerintah daerah telah membentuk Satuan Tugas MBG hingga tingkat kecamatan untuk memastikan pelaksanaan program berjalan sesuai standar. “Di Kabupaten Kukar alhamdulillah sudah membentuk Satgas MBG sampai ke tingkat kecamatan,” ujarnya.
Sunggono menambahkan, saat ini sudah ada sepuluh dapur MBG yang beroperasi. Empat hingga enam dapur baru dalam tahap persetujuan dan segera beroperasi. Ia mengakui tantangan terbesar bukan pada dapur, melainkan distribusi makanan di wilayah yang luas dan beragam. “Kukar sangat luas, jadi perlu kebijakan khusus. Mudah-mudahan nanti bisa kita formulasikan bersama dengan Satgas di tingkat kecamatan,” katanya.
Bagi Adji Mawarni, MBG bukan sekadar program gizi. Ia menekankan pentingnya melibatkan ekonomi lokal dalam rantai pasok, salah satunya melalui Koperasi Merah Putih. “Hulunya dari Koperasi Merah Putih memasok bahan MBG, dan anak-anak yang menerima manfaatnya dari bahan-bahan lokal,” ujarnya.
Ketika kunjungan berakhir, para pekerja masih melanjutkan rutinitasnya. Nampan-nampan logam itu kini terisi penuh, siap dikirim ke sekolah-sekolah. Di luar dapur, beberapa kendaraan sudah menunggu, mesin menyala, menandai awal perjalanan menuju anak-anak yang menunggu makan siang mereka.
Di tengah isu nasional tentang keamanan makanan, dapur MBG di Tenggarong seakan berdiri sebagai cermin kehati-hatian baru. Kukar mencoba membuktikan bahwa program bergizi gratis ini masih bisa dijalankan dengan aman, asal dijaga dengan disiplin dan transparansi yang sama rapinya seperti barisan nampan yang berderet di meja itu. (*)