BRAVO13.ID, Samarinda - Vadel Badjideh kembali menjadi sorotan. Kali ini, bukan karena koreografi menawan atau aksi panggung memukau, melainkan karena kasus hukum yang membelenggunya. Dalam sidang pledoi kasus pencabulan dan aborsi yang digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (8/9/2025), Vadel menyampaikan permohonan tulus untuk mendapatkan kesempatan kedua.
Vadel Badjideh hadir untuk menjalani sidang lanjutan kasus pencabulan dan aborsi terhadap Lolly, putri Nikita Mirzani. Sidang kali ini mengagendakan pledoi atau nota pembelaan, sebuah momen krusial untuk menjawab tuntutan 12 tahun penjara yang diajukan Jaksa Penuntut Umum (JPU). Di tengah pusaran tuntutan berat itu, Vadel berdiri, bukan sebagai penari, tetapi sebagai seseorang yang jiwanya terkoyak oleh kebencian publik.
"Saya sudah capek," ucapnya lirih usai sidang. "Capek sama banyaknya hujatan di medsos, banyaknya kritikan."
Vadel tak menampik badai kebencian yang menimpanya. Ia tahu, banyak orang membenci perbuatannya. Namun, siapa sangka, kebencian terbesar justru datang dari dirinya sendiri.
"Bukan hanya kalian saja benci, saya sendiri benci sama diri saya," akunya. Ia seolah sedang berhadapan dengan bayangan dirinya di masa lalu, sosok "Vadel yang kemarin" yang kini ia benci dan ingin buang jauh-jauh. Di balik kekesalannya terhadap hujatan, ada kerinduan untuk kembali menjadi sosok yang ia impikan.
Di tengah sorotan media dan tuntutan hukum, Vadel mengungkapkan satu-satunya harapan yang masih menyala: kembali berkarya. Ia ingin menari lagi bersama sang kakak, mengejar mimpi yang sempat terenggut. Ada kerinduan yang mendalam untuk kembali menghibur, membanggakan Indonesia lewat karya-karyanya.
"Mohonlah, saya ingin berkarya lagi. Saya ingin menghibur lagi," suaranya bergetar penuh harap.
Ketika ditanya pelajaran apa yang ia petik, Vadel tak menjawab. Ia hanya ingin fokus. Fokus pada diri sendiri, pada keluarga.
"Sekarang saya mau fokus sama diri saya dulu deh," katanya, seolah menutup pintu masa lalu dan mencoba membuka lembaran baru.
Sore itu, di halaman pengadilan, Vadel tidak hanya menyampaikan pledoi hukumnya. Ia juga membacakan pledoi batin, sebuah permohonan tulus untuk mendapatkan kesempatan kedua. Kisahnya menjadi pengingat, bahwa di balik berita utama yang sensasional, ada manusia yang sedang berjuang melawan kesalahan masa lalu dan mencari jalan pulang menuju diri yang lebih baik. (*)