
BRAVO13.ID, Tenggarong - Malam itu, panggung Taman Ladang Budaya (Ladaya) Tenggarong berubah menjadi ruang pertemuan lintas tradisi dan zaman. Suara tingkilan berpadu dengan tarsul, disusul monolog yang penuh refleksi, membuka kembali denyut Lanjong Art Festival (LAF) setelah delapan tahun vakum. Pada Jumat (22/8/2025), festival ini resmi kembali hadir dengan tema “Habis Barat Terbitlah Timur.”
Direktur Festival Mimi Nuryanti menjelaskan, tema tersebut lahir dari kegelisahan atas terpinggirkannya seni kontemporer di tengah arus global. “Barat dan Timur bukan hanya soal geografis, melainkan ruang pengalaman dan stigma yang sering menciptakan ketimpangan. Festival ini mengajak kita meretas prasangka itu,” ujarnya.
LAF 2025 menjadi wadah perjumpaan seniman, penikmat, dan pengamat seni dari berbagai latar. Programnya mencakup kompetisi teater nasional, workshop, sarasehan, hingga eksibisi seniman internasional dari Brasil, Jepang, Spanyol, Singapura, dan Malaysia. Perwakilan eksternal festival, Dedi Nala Arung, menegaskan LAF bukan sekadar tontonan, tetapi ruang refleksi yang memperkaya pandangan tentang seni dan kemanusiaan.
Bupati Kukar Aulia Rahman Basri hadir membuka acara sekaligus menyampaikan pesan personal. Ia membacakan puisi lama berjudul “Apa yang Kau Cari Bupati?” karya mendiang Ahmad Dahlan, Bupati Kukar periode 1965–1979. “Festival ini adalah angin segar bagi seni di Kukar. Kami ingin menjadikannya agenda tahunan,” kata Aulia.
Gelaran ini menampilkan deretan karya dari teater besar Indonesia seperti Teater Payung Hitam, Teater Satu Lampung, hingga Maestro Gambus Tingkilan Juwita. Dari mancanegara hadir Rodrigo Parejo (Spanyol), Larissa Umaytá (Brasil), hingga Yamato no Tamashii (Jepang). Tidak hanya pertunjukan, LAF juga menggelar diskusi akademik dengan Prof. Dr. Yudiaryani (ISI Yogyakarta) dan dramawan Yusef Muldiyana.
Bagi Kukar, kehadiran LAF bukan sekadar festival seni. Ia menjadi momentum penguatan identitas, ruang belajar lintas budaya, sekaligus refleksi tentang pentingnya melestarikan dan menghidupkan seni kontemporer di tengah arus modernitas. (adv)