
BRAVO13.ID, Tenggarong - Alarm fiskal mulai berbunyi di Kutai Kartanegara. Proyeksi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2026 menunjukkan penurunan drastis hingga ke angka Rp7 triliun, jauh di bawah capaian tahun-tahun sebelumnya yang pernah menyentuh angka Rp11 triliun. Satu faktor utama menjadi sorotan: anjloknya harga batu bara di pasar global.
“Kita terlalu bergantung pada dana bagi hasil. Ketika harga batu bara turun, APBD kita ikut terpukul,” ujar Bupati Kukar Aulia Rahman Basri saat ditemui di Tenggarong, Selasa (22/7/2025). “Maka sekarang kita coba ubah arah. PAD (Pendapatan Asli Daerah) harus jadi tulang punggung,” tegasnya.
Struktur pendapatan Kukar, menurut Aulia, selama ini masih ditopang oleh tiga komponen: pendapatan asli daerah (PAD), retribusi, dan dana bagi hasil. Namun ketimpangan cukup mencolok—pendapatan dari sumber daya alam masih dominan, sementara PAD dan retribusi belum digarap optimal. Dalam kondisi fiskal yang mulai goyah, Pemkab Kukar kini bergerak memperkuat fondasi keuangan dari potensi-potensi lokal.
Setiap organisasi perangkat daerah (OPD) telah diminta melakukan pemetaan potensi PAD di sektor masing-masing. Fokus diarahkan pada bidang pariwisata, pertanian, perdagangan, dan peluang ekspor. “Target kita jelas: PAD harus kembali di atas Rp1 triliun. Saat ini nilainya sangat rendah, bahkan di bawah Rp500 miliar,” ungkap Aulia.
Dorongan ini juga disampaikan Aulia dalam peluncuran program Koperasi Merah Putih di Desa Tanah Datar, Kecamatan Muara Badak, Senin (21/7/2025). Dalam kesempatan itu, ia menyatakan kesiapan Pemkab Kukar membawa produk-produk desa ke level pasar internasional. “Pada tahun 2026, kami akan melaksanakan misi dagang ke negara-negara seperti Singapura, Malaysia, dan Brunei melalui jalur udara langsung dari Balikpapan,” jelasnya.
Bupati menekankan bahwa desa dan kelurahan perlu mulai bersiap dengan produk berstandar ekspor. Mulai dari kemasan hingga daya saing produk, semua harus ditingkatkan. Pemerintah daerah akan memfasilitasi jejaring dagang melalui forum-forum regional dan internasional.
Produk pertanian, makanan olahan, kerajinan, hingga pariwisata lokal dinilai punya peluang besar untuk diangkat. "Yang penting adalah standar dan kontinuitas produksi. Kalau dua itu ada, pintu ekspor pasti terbuka,” ucap Aulia.
Langkah-langkah ini menjadi bagian dari skenario besar Pemkab Kukar dalam membangun ketahanan fiskal jangka panjang. Di tengah volatilitas pasar batu bara, penguatan sektor riil berbasis lokal menjadi jawaban.
“Kita ingin ekonomi Kukar tumbuh dari akar, dari desa. Bukan hanya tergantung pada sektor yang bisa naik turun sewaktu-waktu,” tutup Aulia. (adv)