
BRAVO13.ID, Muara Badak - Ancaman penurunan tajam pendapatan daerah pada 2026 memaksa Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) mengambil langkah strategis yang menyasar langsung akar ekonomi masyarakat: desa. Dengan proyeksi turunnya APBD dari Rp11 triliun menjadi Rp7–8 triliun akibat anjloknya sektor batu bara, Pemkab meluncurkan program koperasi desa sebagai benteng baru kemandirian fiskal.
Langkah konkret itu dimulai dari Desa Tanah Datar, Kecamatan Muara Badak. Senin, 21 Juli 2025, Bupati Kukar Aulia Rahman Basri secara simbolis meresmikan peluncuran Koperasi Merah Putih se-Kukar. Tak hanya berlangsung secara luring, peluncuran ini juga terkoneksi secara nasional lewat Zoom Meeting, menandai keterlibatan Kukar dalam skema pemberdayaan yang lebih luas.
Di sela peluncuran, Desa Tanah Datar menerima hibah mesin pengolah pakan ternak dari PT Lana Harita Indonesia, simbol kolaborasi sektor swasta dalam penguatan ekonomi desa. Bupati Aulia tak sekadar meresmikan, namun menyoroti langsung capaian koperasi lokal: usaha ayam petelur dengan omzet Rp6 juta per bulan dan 350 ekor ayam dari modal awal Rp130 juta. "Koperasi di sini sudah menjalankan model bisnis yang sehat dan berkelanjutan," ujarnya.
Desa Tanah Datar juga menorehkan prestasi administratif. Setelah Desa Segihan, desa ini menjadi yang kedua di Kukar yang menyelenggarakan musyawarah koperasi, bahkan tercatat sebagai koperasi pertama se-Kalimantan yang memperoleh sertifikat AHU dari Kemenkumham. Aulia menyebut capaian ini sebagai bukti bahwa koperasi bisa tumbuh cepat jika ditopang regulasi dan kemauan kolektif warga.
Lebih jauh, Pemkab menetapkan tiga sektor sebagai pilar awal koperasi desa: distribusi gas elpiji 3 kg, layanan keuangan berbasis perbankan, dan distribusi pupuk bersubsidi. Ketiganya dianggap strategis karena dapat dijalankan tanpa izin tambahan, asalkan koperasi telah sah secara hukum.
Sinergi antara Koperasi Merah Putih dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) juga ditekankan. “Jangan bingung memosisikannya. Keduanya bisa jalan bersama, saling menguatkan fiskal desa,” kata Aulia, menepis kekhawatiran tumpang tindih peran antarentitas ekonomi lokal.
Sebagai dukungan konkret, Aulia menyampaikan bahwa Pemkab telah menyalurkan Rp12 miliar melalui Kredit Kukar Idaman dengan plafon Rp50 juta per kreditur, yang akan ditingkatkan hingga Rp500 juta. Selain itu, koperasi juga bisa mengakses pinjaman hingga Rp3 miliar dari perbankan, dan bahkan Rp1 miliar untuk koperasi atau BUMDes yang telah dinilai layak usaha.
Visi Aulia tak berhenti di lingkup lokal. Ia memaparkan rencana misi dagang ke negara-negara dengan jalur langsung ke Kalimantan Timur, seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Targetnya jelas: membuka pintu ekspor bagi produk desa.
"Perluasan pasar adalah langkah penting untuk memperkuat struktur ekonomi desa, tidak hanya tumbuh dari dalam tapi juga dari ekspor," ujar Aulia. Ia menegaskan, penguatan koperasi bukan semata program sosial, melainkan bagian dari transisi struktural pasca-batu bara yang harus segera dijalankan.
"Ketika orang luar datang ke daerah kita dan produk lokal keluar ke luar negeri, maka fiskal desa, kelurahan, dan kabupaten akan makin kuat," tuturnya.
Di akhir sambutan, Aulia menegaskan sinergi antara Koperasi Merah Putih dan Kukar Idaman Terbaik. “Kerangkanya sudah ada. Sekarang tinggal eksekusi,” tegasnya. (adv)