BRAVO13.ID, Samarinda - Di tengah riuhnya industri film nasional, sebuah film animasi berjudul Merah Putih: One for All muncul ke permukaan. Bukan hanya karena misinya yang heroik dalam menyelamatkan bendera pusaka, tetapi juga karena bisik-bisik di balik layar yang memantik perhatian publik. Angka fantastis senilai Rp6,7 miliar santer disebut-sebut sebagai biaya produksi, sebuah jumlah yang memicu perdebatan. Namun, benarkah film ini dibuat dengan bujet sebesar itu? Dan siapa sebenarnya yang berada di balik proyek ambisius ini?
Kabar burung soal bujet produksi film ini akhirnya sampai ke telinga Sonny Pudjisasono, produser eksekutif film. Dalam sebuah wawancara di program Apa Kabar Indonesia Akhir Pekan di TV One, yang diunggah di kanal YouTube mereka, Sonny memberikan klarifikasi yang justru menambah misteri. Ia tidak membenarkan, juga tidak membantah secara langsung angka yang beredar. Namun, ia menekankan bahwa film ini adalah sebuah sumbangsih yang lahir dari semangat gotong royong dan dibuat secara mandiri. "Kalau dinilaikan dalam nilai rupiah atau value, mungkin lebih daripada yang viral itu," ungkapnya, mengisyaratkan bahwa nilai sesungguhnya jauh melampaui angka yang beredar.
Sonny juga menjelaskan bahwa bujet Rp6,7 miliar sebenarnya terbilang kecil untuk sebuah proyek film animasi. Ia menyebutkan, biaya untuk animator, tim, dan peralatan pendukung sering kali melampaui angka tersebut. "Itu karena biaya untuk animatornya dengan timnya, perlengkapannya, melampaui bujet seperti itu," jelasnya. Kendati demikian, Sonny memilih untuk tidak memberikan rincian pasti soal dana atau siapa saja yang ikut 'urunan' dalam pembuatan film ini. Baginya, semangat kebersamaan dan gotong royonglah yang membuat beban produksi terasa lebih ringan.
Wamen Parekraf Klarifikasi Spekulasi
Keriuhan seputar isu pembiayaan film ini bahkan menyeret nama Irene Umar, Wakil Menteri Ekonomi Kreatif RI. Melalui akun Instagram-nya, Irene merasa perlu meluruskan spekulasi yang beredar bahwa kementeriannya turut serta membiayai film tersebut. Ia mengucapkan selamat atas jadwal tayang yang telah didapatkan film Merah Putih: One for All, tetapi di saat yang sama ia juga menegaskan bahwa tidak ada bantuan finansial atau promosi yang diberikan oleh kementerian.
"Saya sendiri menerima audiensi tim produksi film beberapa waktu yang lalu di mana saya menyampaikan beberapa masukan dari saya termasuk yang technical terkait cerita karakter looks and feels, trailer, dan lain-lain," tulis Irene dalam Instagram Stories-nya. Sebuah pernyataan yang jelas bahwa kementeriannya hanya sebatas memberikan masukan, bukan dukungan finansial.
Misi Heroik di Layar Lebar
Terlepas dari perdebatan di balik layar, film animasi ini siap menyapa penonton pada 14 Agustus 2025 di bioskop Cinema XXI dan CGV. Film ini mengisahkan sekelompok delapan anak dari berbagai latar belakang suku yang terpilih sebagai "Tim Merah Putih" untuk menjaga bendera pusaka. Misi mereka yang semula rutin mendadak berubah menjadi sebuah petualangan seru ketika tiga hari sebelum upacara 17 Agustus, bendera pusaka itu hilang secara misterius.
Merah Putih: One for All diproduksi oleh Perfiki Kreasindo dengan dukungan dari Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail. Film ini menampilkan Toto Soegriwo sebagai produser, serta Endiarto dan Bintang sebagai penulis naskah. Akankah film ini berhasil merebut hati penonton dan membuktikan bahwa semangat gotong royong mampu melahirkan sebuah karya yang luar biasa? Jawabannya akan segera kita temukan di layar lebar. (*)