BRAVO13.ID, Samarinda - Di tengah riuhnya aktivitas sehari-hari di Kampung Wandoga, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Jumat siang itu, 25 Juli 2025, sebuah tragedi tak terduga menimpa Joni Hendra. Seperti biasa, pria paruh baya ini sibuk melayani pembeli pinang di kios kecilnya, tak menyadari bahwa maut tengah mengintainya. Sekitar pukul 13.40 WIT, suasana damai tiba-tiba pecah oleh suara tembakan. Tanpa peringatan, seorang pria yang belakangan diidentifikasi sebagai Yonial Kobogah, anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Apen Kobogau, muncul dari jarak sekitar tujuh meter. Sebuah senjata api laras pendek di tangannya memuntahkan peluru, menembus tubuh Joni Hendra.
Kejadian itu begitu cepat. Setelah melancarkan aksinya, Kobogah langsung melarikan diri, menghilang di balik perbukitan di atas Kampung Wandoga. Kepanikan merebak. Dengan sigap, warga berusaha menyelamatkan Joni. Ia dilarikan ke Puskesmas Bilorai, hanya berselang lima belas menit setelah insiden berdarah itu. Namun, luka tembak yang parah tak memberinya kesempatan. Nyawa Joni Hendra tak tertolong. Ia menghembuskan napas terakhir, menambah daftar panjang korban kekejaman KKB di Papua.
Brigjen Faizal Ramadhani, Kepala Operasi Damai Cartenz, dalam keterangannya hari ini, Sabtu (26/7/2025), mengecam keras insiden tersebut. "Kami mengecam keras aksi penembakan ini. Satgas telah bergerak cepat dan melakukan pengejaran terhadap pelaku," tegas Faizal. Ia menambahkan bahwa Yonial Kobogah bukan nama baru dalam daftar kejahatan KKB. Ia diduga kuat terlibat dalam aksi penembakan di Bandara Bilorai Sugapa sebelumnya. Satgas Operasi Damai Cartenz berjanji tidak akan memberi ruang sedikit pun bagi kelompok bersenjata yang terus meneror warga sipil. "Kami akan terus memburu dan menindak tegas siapa pun yang mengganggu stabilitas keamanan masyarakat Papua," janji Faizal.
Di sisi lain, nurani masyarakat Papua kembali diuji dengan insiden pembunuhan keji di Distrik Dekai, Kabupaten Yahukimo, pada Kamis malam, 24 Juli 2025. Kali ini, korbannya adalah Andi Hasan (30), seorang warga sipil yang ditemukan tewas mengenaskan dengan sejumlah luka tusuk di rumahnya.
Kabar duka ini pertama kali sampai ke telinga Tim Satgas melalui radio komunikasi Handy Talky (HT) sekitar pukul 20.10 WIT. Dengan segera, tim bergerak menuju lokasi kejadian di Kompleks Perumahan DPR Lama, dan kemudian ke RSUD Dekai, tempat Andi Hasan telah dievakuasi. "Setelah tiba di RSUD, korban dinyatakan meninggal dunia," terang Brigjen Faizal Ramadhani, mengurai kronologi peristiwa.
Dari keterangan saksi mata yang berhasil dikumpulkan polisi saat olah Tempat Kejadian Perkara (TKP), terungkap bahwa Andi Hasan sedang duduk santai di dalam rumahnya ketika tiga orang tak dikenal tiba-tiba datang. Salah satu dari mereka membawa senjata tajam. Tanpa basa-basi, mereka langsung menyerang Andi, menikamnya berkali-kali di bagian dada dan punggung. Dalam kondisi kritis, Andi sempat berlari keluar rumah sebelum akhirnya ambruk dan dilarikan ke RSUD Dekai. Hasil pemeriksaan medis menunjukkan luka mengerikan: empat tusukan di dada kiri dan satu di punggung.
Meskipun motif dan pelaku masih dalam penyelidikan, Satgas Ops Damai Cartenz menduga kuat adanya keterlibatan KKB dalam peristiwa ini. Kecurigaan ini diperkuat oleh klaim tak bertanggung jawab dari juru bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom, di media sosial yang menyatakan bahwa mereka telah membunuh seorang "agen militer Indonesia". Faizal dengan tegas membantah klaim tersebut. "Pernyataan tersebut jelas merupakan kebohongan publik, karena faktanya korban adalah warga sipil, bukan agen atau anggota militer," tandasnya.
Dua tragedi dalam dua hari berturut-turut ini kembali menyoroti betapa rentannya kehidupan warga sipil di tanah Papua. Kombes Yusuf Sutejo, Kasatgas Humas Ops Damai Cartenz, mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak mudah terprovokasi oleh aksi-aksi teror yang dilakukan KKB. "Kami minta masyarakat tetap tenang dan mendukung aparat keamanan dengan memberikan informasi jika mengetahui keberadaan pelaku. Keselamatan warga adalah prioritas utama kami," ujarnya.
Satgas Operasi Damai Cartenz menegaskan komitmennya untuk terus berupaya maksimal menghadirkan rasa aman dan melakukan penegakan hukum terhadap para pelaku kekerasan bersenjata. Kasus-kasus ini, sayangnya, hanyalah titik-titik kelam dalam daftar panjang kekerasan bersenjata yang dilakukan oleh kelompok separatis di Papua, meninggalkan luka mendalam bagi korban dan keluarga, serta menjadi pengingat pahit akan perjuangan panjang menuju kedamaian di Bumi Cendrawasih. (*)