
BRAVO13.ID, Sangasanga - Tumpukan karbon aktif tersusun rapi di tepi instalasi intake Perumda Tirta Mahakam, Sangasanga. Di tempat inilah, Sekretaris Daerah Kutai Kartanegara, Sunggono, berdiri bersama jajaran teknis dan perwakilan Pertamina—meninjau langsung pusat pemulihan sistem air bersih yang sempat terdampak insiden semburan gas di sumur migas. Peninjauan ini menjadi titik penting sinergi pemerintah daerah dan pelaku industri dalam merespons krisis secara kolaboratif dan cepat.
Hari itu, Sunggono datang tak sekadar meninjau. Ia memastikan bahwa koordinasi antara PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI), Pertamina EP Sangasanga Field, dan pemerintah daerah berjalan sebagaimana mestinya. "Kami mengucapkan terima kasih atas mitigasi dan antisipasi yang cepat. Ini menunjukkan tanggung jawab yang patut diapresiasi," ujarnya, Senin, 23 Juni 2025.
Sejak ledakan itu terjadi, pihak Pertamina langsung berkoordinasi dengan camat, lurah, hingga ketua RT setempat. Distribusi air bersih menjadi prioritas, mengingat suplai dari PDAM sempat terganggu akibat kontaminasi. Meski warga tak banyak mengeluh, kekhawatiran terhadap air yang berbau minyak membuat langkah cepat menjadi penting.
“Distribusi air bersih dari Pertamina sudah berlangsung. Untuk sementara, air PDAM belum bisa diminum,” kata Sunggono. Dalam waktu dekat, ia berharap seluruh sistem dapat kembali normal.
Di sisi teknis, PDAM Tirta Mahakam cabang Sangasanga bergerak cepat bersama tim Pertamina. Kepala cabang, Maryati, menjelaskan bahwa seluruh sistem pengolahan air—dari Water Treatment Plant (WTP) hingga jaringan distribusi—telah dikuras, dibersihkan, dan difilter ulang. “Kami ganti media filter, bilas jaringan, dan dukungan logistik dari PEP sangat besar,” ujarnya.
Dukungan itu bukan main. Setidaknya 13.500 kilogram karbon aktif, 11.800 kilogram pasir silika, dan 1.250 kilogram Poly Aluminium Chloride didatangkan ke lokasi. Semua biaya operasional pembersihan ditanggung oleh perusahaan migas pelat merah itu.
Tak hanya air bersih, upaya menjaga kesehatan masyarakat juga dilakukan. Pertamina mendistribusikan masker dan susu sebagai tindakan antisipatif. Namun, menurut Sunggono, sejauh ini tidak ada keluhan terkait kualitas udara karena sifat gas cepat terurai dan tak membahayakan.
Dukungan terhadap langkah-langkah pemulihan ini juga datang dari unsur legislatif. Anggota DPRD Kukar Rahmat Dermawan menyampaikan dukungan penuh atas upaya yang telah dilakukan. Ia meminta warga memberi waktu bagi PDAM dan Pertamina untuk menyelesaikan perbaikan. “Sudah ada kesepakatan tindak lanjut antara kedua pihak,” ujarnya.
Senior Field Manager PEP Sangasanga, Sigid Setiawan, menyatakan bahwa perusahaan menaruh perhatian besar bukan hanya pada perbaikan teknis, tapi juga pemulihan hubungan dengan masyarakat. “Pemerintah dan warga adalah stakeholder utama kami,” ucapnya.
Sigid menyebut insiden ini menjadi refleksi penting akan pentingnya tata kelola migas yang berkelanjutan. “Kami tak sekadar memulihkan teknis, tetapi juga membangun solidaritas. Kita hidup satu negara, dengan satu tujuan: memastikan masyarakat merasa aman.”
Pertamina berkomitmen akan terus terbuka selama proses evaluasi dan pemulihan berlangsung. Hasil uji laboratorium terhadap kualitas air oleh DLHK akan diumumkan setelah proses analisis selesai. (*)