BRAVO13.ID, Loa Kulu - Sinar matahari siang menembus lembut sela-sela pepohonan di Desa Ponoragan, Kecamatan Loa Kulu, saat warga RT 01 berkumpul di simpang jalan utama desa. Tikar digelar, hidangan disusun rapi, dan doa mulai dilantunkan dalam suasana yang khidmat—menandai dimulainya tradisi tolak bala, ritual adat yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat setempat.
Jumat siang (13/6/2025), Camat Loa Kulu H. Adriansyah, SH, turut hadir dalam prosesi yang sarat makna ini. Didampingi tokoh masyarakat, tokoh agama, aparat desa, dan warga dari berbagai kalangan, Adriansyah menyampaikan dukungannya terhadap upaya pelestarian nilai-nilai lokal yang masih dijaga dengan kuat di tengah gempuran arus modernisasi.
"Tradisi seperti ini adalah warisan yang mencerminkan kearifan masyarakat dalam menjaga harmoni dan keselamatan lingkungan. Ini bukan hanya ritual, tapi juga simbol kebersamaan,” ujar Adriansyah dalam sambutannya.
Tradisi tolak bala di Ponoragan dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Quran dan doa bersama. Setelah itu, warga menyuguhkan makanan simbolis seperti nasi tumpeng, bubur putih-merah, serta jajanan tradisional lainnya sebagai bentuk syukur dan permohonan keselamatan dari bencana atau malapetaka.
Ketua RT 01 Desa Ponoragan menyampaikan rasa syukurnya atas lancarnya pelaksanaan acara dan antusiasme warga yang masih setia menjaga tradisi.
“Alhamdulillah semua berjalan lancar. Ini bukti bahwa meski zaman terus berubah, masyarakat kita tetap punya semangat gotong-royong dan kesadaran spiritual yang tinggi,” ungkapnya.
Prosesi ditutup dengan makan bersama dan kerja bakti membersihkan area kegiatan, menunjukkan bahwa menjaga lingkungan adalah bagian tak terpisahkan dari menjaga keselamatan kampung. (adv)