
BRAVO13.ID, Samarinda - Genangan air yang tak kunjung surut di sejumlah kawasan Samarinda kembali memunculkan kekhawatiran serius di kalangan pemangku kepentingan. Tidak sekadar menjadi keluhan warga, banjir kini mulai dirasakan dampaknya terhadap jalannya roda pemerintahan dan perekonomian di ibu kota Kalimantan Timur.
Anggota Komisi III DPRD Kaltim, Subandi, menyampaikan keprihatinannya atas siklus bencana yang terus berulang tanpa penanganan yang sistematis dan menyeluruh. Dalam pernyataannya, ia menekankan bahwa banjir bukan lagi sekadar urusan drainase, melainkan sudah menjadi hambatan nyata bagi aktivitas warga, distribusi logistik, hingga kinerja pelayanan publik.
“Jika kondisi ini terus menerus terjadi, banyak hal akan terhambat, baik bagi warga maupun aktivitas ekonomi dan roda pemerintahan,” ujar Subandi.
Menurutnya, solusi tidak cukup hanya dengan pengerukan atau perbaikan saluran sementara. Dibutuhkan langkah struktural yang kuat dan berjangka panjang. Ia pun mendorong agar pembangunan kolam retensi dan folder (waduk penahan air) segera dimasukkan dalam prioritas pembangunan daerah.
“Poin utamanya adalah agar air yang masuk ke Samarinda bisa dinetralisir dulu lewat kolam retensi dan folder. Jadi tidak langsung membanjiri kota,” jelasnya.
Kolam retensi dan folder berfungsi sebagai zona penyangga yang menampung debit air hujan sebelum mengalir ke wilayah padat penduduk. Sistem ini dinilai efektif dalam memperlambat arus air dan mengurangi tekanan terhadap saluran kota yang kerap tak mampu menampung volume besar dalam waktu singkat.
Komisi III, lanjut Subandi, akan terus mengawal agar program ini bukan hanya menjadi wacana tahunan. Ia menegaskan bahwa upaya mitigasi banjir harus ditopang dengan alokasi anggaran yang memadai dan pelaksanaan yang tepat sasaran.
“Kami berkomitmen untuk memastikan bahwa solusi nyata dalam penanganan banjir ini mendapat perhatian serius dan segera direalisasikan demi kesejahteraan warga Samarinda,” tutupnya. (adv)