
BRAVO13.ID, Samarinda — Di tengah lenggak-lenggok penari Dayak yang menghentak halaman terbuka dalam balutan busana tradisional, denyut budaya Samarinda sesungguhnya masih kuat. Namun, di balik semarak pertunjukan, suara kritis datang dari parlemen kota: promosi budaya lokal masih jauh dari kata maksimal.
Anggota Komisi II DPRD Kota Samarinda, Viktor Yuan, menyoroti lemahnya upaya memasukkan unsur budaya lokal dalam rangkaian promosi event. Padahal menurutnya, Samarinda memiliki potensi besar melalui penyelenggaraan berbagai acara yang mampu menggerakkan ekonomi warga.
“Keunggulan Samarinda itu justru di event. Tapi promosi masih lemah. Bahkan budaya lokal sering kali kurang ditonjolkan, terutama di masa promosi,” ujar Viktor saat ditemui usai menghadiri kegiatan publik belum lama ini.
Ia mengusulkan agar promosi budaya tidak hanya bergantung pada media daring atau kantor pemerintahan. Kalangan swasta seperti perhotelan, restoran, hingga kafe pun bisa turut dilibatkan untuk menyebarluaskan informasi lewat kalender event yang terpajang secara fisik.
“Bisa dibuat kalender budaya atau kalender wisata yang ditempatkan di hotel, kantor, atau tempat umum lainnya. Ini cara efektif menarik wisatawan,” jelasnya.
Viktor mencontohkan kota-kota wisata seperti Yogyakarta yang telah berhasil mengemas kalender budaya menjadi bagian integral dari sistem promosi daerah. Di sana, menurutnya, siapa pun bisa dengan mudah mengakses informasi tentang acara budaya atau destinasi wisata tanpa harus mengunjungi kantor pemerintah.
“Samarinda mungkin punya, tapi hanya di kantor wali kota. Sementara masyarakat jarang ke sana. Ini soal aksesibilitas informasi,” kata politisi tersebut.
Ia juga mendorong agar pemerintah tak ragu mengadopsi sistem promosi dari kota-kota lain yang lebih maju dalam mengelola sektor pariwisata. Hal ini menurutnya penting untuk dimasukkan sebagai bahan pertimbangan oleh Panitia Khusus II DPRD, yang tengah menyusun arah kebijakan pengembangan sektor tersebut.
“Ke depan, bisa kita pikirkan agar promosi event jadi kewajiban di tempat umum. Di kafe, hotel, pusat perbelanjaan. Ini penting untuk mendekatkan budaya kepada publik,” tutupnya. (adv)