
BRAVO13.ID, Samarinda - Dinding-dinding sekolah yang dahulu hanya berdiri sederhana kini membawa nama besar: Sekolah Taruna Garuda Transformasi. SMA Negeri 10 Samarinda mencatatkan sejarah baru sebagai satu dari 12 sekolah di Indonesia yang meraih predikat prestisius tersebut. Pengakuan ini membawa kebanggaan tak hanya bagi warga sekolah, tetapi juga masyarakat Kalimantan Timur.
Andi Satya Adi Saputra, Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kalimantan Timur, menyampaikan apresiasinya atas capaian ini. Ia menyebut keberhasilan tersebut merupakan hasil sinergi antara tenaga pendidik, siswa, orang tua, serta dukungan masyarakat.
“Pencapaian ini adalah bukti kerja keras semua pihak. Dan tentu saja, ini jadi kebanggaan tersendiri untuk dunia pendidikan di Kalimantan Timur,” ujar Andi Satya.
Namun, di balik euforia capaian itu, Andi menyoroti adanya harapan masyarakat yang belum sepenuhnya terakomodasi. Salah satunya adalah terkait permintaan pemulihan lokasi SMA Negeri 10 ke wilayah asalnya. Ia menyebut banyak warga dari Loa Janan Ilir, Samarinda Seberang, dan sekitarnya yang menyampaikan aspirasi agar sekolah kembali menyerap lebih banyak siswa dari daerah-daerah tersebut.
“Kami menerima banyak masukan. Masyarakat di kawasan Samarinda Seberang merasa kehilangan akses setelah sekolah dipindahkan,” ungkapnya.
Melihat kompleksitas persoalan, Andi Satya mendorong agar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Kalimantan Timur melakukan kajian menyeluruh terkait keberlanjutan status sekolah tersebut. Ia membuka dua opsi: mempertahankan SMA Negeri 10 sebagai Sekolah Taruna Garuda atau membangun unit sekolah baru yang mampu mengakomodasi kebutuhan pendidikan di lokasi lama.
“Status sekolah boleh prestisius, tapi pemerataan akses tetap harus dikedepankan. Kita tidak boleh mengabaikan kebutuhan siswa dari wilayah yang dulunya dilayani oleh sekolah ini,” tegasnya.
Ia pun mengajak masyarakat untuk tetap mendukung seluruh proses pembangunan pendidikan di daerah. Menurutnya, keberhasilan satu sekolah tak boleh membuat daerah lain tertinggal, apalagi dalam hal akses pendidikan yang layak.
“Pendidikan adalah investasi jangka panjang. Kita semua punya tanggung jawab untuk memastikan setiap anak Kaltim mendapatkan haknya,” tutup Andi Satya. (adv)