
BRAVO13.ID, Samarinda - Di sudut-sudut masjid dan langgar, para guru Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) setiap hari membimbing anak-anak dalam mengenal huruf hijaiyah dan menanamkan nilai-nilai moral sejak dini. Namun, di balik peran vital itu, nasib mereka justru jauh dari perhatian.
Anggota Komisi I DPRD Kalimantan Timur, La Ode Nasir, menyoroti ketimpangan perlakuan terhadap para guru TPA. Menurutnya, meski mereka menjadi ujung tombak pembentukan karakter generasi muda, pemerintah daerah belum memberikan dukungan nyata terhadap kesejahteraan mereka.
“Para guru TPA bekerja dalam diam, tapi hasilnya sangat besar dalam membentuk kepribadian anak-anak. Ini pekerjaan yang membangun pondasi peradaban, bukan pekerjaan kecil,” tegas La Ode.
Ia menjelaskan bahwa sebagian besar guru TPA mengajar tanpa insentif tetap. Banyak di antara mereka hanya mengandalkan donasi masyarakat atau mengajar secara sukarela. Kondisi ini membuat mereka berada dalam ketidakpastian ekonomi, meskipun mereka memegang peran krusial dalam pembangunan karakter anak bangsa.
La Ode menekankan, jika pemerintah benar-benar serius ingin mencetak generasi religius dan berakhlak mulia, maka langkah pertama adalah menjamin kesejahteraan para pendidik keagamaan.
“Apresiasi tidak cukup dengan ucapan terima kasih. Harus ada kebijakan riil yang memastikan mereka dihargai secara layak,” katanya.
Ia mendorong agar pemerintah daerah segera mengalokasikan anggaran khusus dari APBD atau melalui mekanisme hibah, guna mendukung pendidikan keagamaan, termasuk pemberian insentif berkala untuk para guru TPA. Selain itu, ia juga meminta agar dilakukan pendataan menyeluruh terhadap jumlah dan kondisi guru TPA di Kaltim, sebagai dasar penyusunan program yang lebih terstruktur.
“Kalau guru pelajaran umum bisa menerima tunjangan, mengapa guru TPA tidak? Mereka juga mendidik, bahkan dalam aspek yang sangat fundamental,” ujarnya.
Dengan mendorong adanya skema anggaran dan perlindungan yang jelas, La Ode berharap pemerintah tidak lagi menunda-nunda pengambilan kebijakan. Ia menyebut ini sebagai langkah awal menuju sistem pendidikan karakter yang kuat dan berkelanjutan. (adv)