Bravo 13
Fosil Homo Erectus di Jawa Ungkap Mereka Tak Hidup TerisolasiDi balik tumpukan pasir laut, dua fragmen tengkorak Homo erectus mengungkap kisah lama yang mengubah peta interaksi manusia purba di Jawa.
Oleh Handoko2025-05-20 13:20:00
Fosil Homo Erectus di Jawa Ungkap Mereka Tak Hidup Terisolasi
Fragmen Fosil Baru Ungkap Homo Erectus Pernah Berinteraksi dengan Kelompok Lain.

BRAVO13.ID, Samarinda - Di suatu titik antara tahun 2014 dan 2015, proyek reklamasi daratan di Indonesia mengeruk lebih dari 176 juta kaki kubik pasir dari dasar Selat Madura. Di antara tumpukan pasir itu, para peneliti menemukan sesuatu yang tidak mereka duga—dua fragmen tengkorak Homo erectus, manusia purba yang telah lama dikenal sebagai penghuni awal Pulau Jawa.

Penemuan ini tidak hanya penting secara arkeologis, tetapi juga mengguncang fondasi asumsi lama tentang Homo erectus di wilayah ini. Selama bertahun-tahun, para ilmuwan percaya bahwa Homo erectus di Jawa hidup terisolasi, jauh dari kelompok manusia purba lainnya di kawasan Asia Tenggara. Namun, penelitian terbaru yang dipublikasikan pada 15 Mei 2025 dalam jurnal Quaternary Environments and Humans justru membalikkan keyakinan itu.

Menurut Harold Berghuis, arkeolog dari Leiden University dan salah satu penulis utama studi tersebut, tengkorak itu diperkirakan berasal dari sekitar 140.000 tahun lalu—pada masa Zaman Es kedua terakhir. Saat itu, permukaan laut global jauh lebih rendah dibanding sekarang. Wilayah Asia Tenggara, yang kini terdiri dari ribuan pulau, merupakan satu daratan luas bernama Sundaland.

“Lanskapnya mirip sabana Afrika,” kata Berghuis. “Padang rumput luas, sungai-sungai besar, dengan hutan di tepinya. Homo erectus hidup dalam ekosistem yang sangat kaya.”

Fosil-fosil tersebut diyakini terendap di lembah sungai purba yang kini telah terendam air laut. Selain tulang tengkorak, peneliti juga menemukan ribuan fosil hewan purba lain, termasuk kura-kura air dan bovid (hewan berkaki empat seperti kerbau purba). Menariknya, ditemukan pula bekas sayatan pada tulang-tulang tersebut—tanda bahwa Homo erectus kemungkinan besar berburu dan memanfaatkan sumsum tulang sebagai sumber makanan.

Lebih jauh dari itu, temuan ini membuka kemungkinan bahwa Homo erectus di Jawa tidak sepenuhnya hidup menyendiri. Jejak aktivitas manusia, serta potensi interaksi dengan kelompok hominin lain, menjadi petunjuk penting akan adanya koneksi sosial dan bahkan kemungkinan pertukaran genetik.

“Ini membuka pintu bagi narasi baru. Mereka mungkin berhubungan, bertukar pengetahuan, atau bahkan berbaur dengan kelompok lain,” ujar Berghuis.

Penemuan ini mendorong para ilmuwan untuk meninjau ulang peta besar sejarah manusia purba di Asia Tenggara. Homo erectus yang selama ini dianggap “tertutup” dan hidup di pinggiran, ternyata hidup di tengah lanskap yang ramai dan dinamis.

Dalam konteks yang lebih luas, penemuan ini juga memperlihatkan betapa banyak misteri masa lalu yang masih tersembunyi di bawah tanah—atau dalam kasus ini, di bawah pasir laut.

Dan mungkin, Homo erectus di Jawa jauh lebih “gaul” dari yang kita bayangkan. (*)

Dapatkan informasi dan insight pilihan bravo13.id

Berita Terkait
Tag Terkait