
BRAVO13.ID, Samarinda – Di tengah gegap gempita pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), sektor pertanian Kalimantan Timur justru masih berjalan di tempat. Padahal, dalam beberapa tahun ke depan, kebutuhan konsumsi pangan diprediksi melonjak seiring bertambahnya populasi di kawasan penyangga ibu kota baru tersebut.
Anggota Komisi II DPRD Kaltim, Sigit Wibowo, menyesalkan lambannya transformasi sektor pertanian di provinsi yang dikenal kaya akan sumber daya alam ini. Menurutnya, pembangunan infrastruktur besar seperti IKN seharusnya diiringi dengan langkah strategis untuk memperkuat fondasi ketahanan pangan lokal.
"Padahal, sektor ini sangat vital dalam menopang ketahanan pangan daerah, terlebih dengan prediksi meningkatnya kebutuhan konsumsi seiring bertambahnya populasi di sekitar IKN dalam waktu dekat," ujar Sigit.
Ia menyebut bahwa persoalan utama bukan pada keterbatasan lahan, melainkan pada ketidaksiapan tenaga kerja dan minimnya modernisasi pertanian. Pola bertani di Kaltim hingga kini masih sangat konvensional dan bergantung pada tenaga manusia tanpa sentuhan teknologi.
"Kita masih sangat bergantung pada pola pertanian konvensional yang mengandalkan tenaga manusia. Tanpa sentuhan teknologi dan inovasi, hasilnya tidak akan maksimal. Ini yang jadi hambatan utama," tegasnya.
Kondisi ini membuat Kaltim masih harus mengandalkan pasokan pangan dari luar provinsi seperti Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), bahkan Sulawesi. Fakta ini, kata Sigit, menunjukkan bahwa produksi pangan lokal belum mampu memenuhi kebutuhan konsumsi warganya sendiri.
“Kalau kita tidak persiapkan dari sekarang, kita akan terus jadi pasar bagi daerah lain. Ini ironis karena kita punya lahan luas, tapi tidak mampu mencukupi kebutuhan sendiri,” ucapnya.
Sebagai langkah awal, Sigit menyarankan agar Pemerintah Provinsi Kaltim segera membuka peluang kerja sama dengan Kementerian Transmigrasi. Ia menyarankan agar tenaga kerja pertanian dari wilayah lain yang telah terbiasa dengan praktik pertanian modern bisa ditempatkan sementara di Kaltim untuk mempercepat proses adaptasi.
"Ini bisa menjadi langkah transisi sambil menyiapkan sumber daya manusia (SDM) lokal yang kompeten di bidang pertanian," pungkas Sigit. (adv)