BRAVO13.ID, Samarinda - Alih-alih mewariskan kekayaan dalam keabadian, Bill Gates memilih untuk mempercepat dampak sosialnya. Dalam dua dekade ke depan, pendiri Microsoft itu berkomitmen untuk mendonasikan 99% dari total kekayaannya melalui Gates Foundation—sebelum akhirnya menutup lembaga tersebut pada tahun 2045.
Langkah besar itu diumumkan melalui blog pribadinya dan diperkuat dalam wawancara dengan BBC. Dalam tulisannya, Gates menyebut keputusan ini sebagai bentuk urgensi. Ia meyakini bahwa membelanjakan kekayaan dalam waktu lebih singkat akan memberikan manfaat lebih besar dibanding mempertahankan yayasannya untuk jangka panjang.
“Saya tahu bahwa pengeluaran tersebut akan sejalan dengan nilai-nilai saya,” tulis Gates. “Jika tidak mengejar keabadian, kita bisa membelanjakan lebih banyak sekarang.”
Yayasan yang telah berdiri sejak tahun 2000 itu tercatat telah menyalurkan USD 100 miliar (sekitar Rp 1.652 triliun) untuk berbagai program kesehatan dan pembangunan global. Dalam dua dekade ke depan, Gates memperkirakan akan menambah dana hingga USD 200 miliar (sekitar Rp 3.304 triliun), tergantung kondisi pasar dan inflasi.
Dengan kekayaan bersih saat ini mencapai USD 108 miliar (Rp 1.784 triliun), Gates bahkan membuat ilustrasi dalam blog-nya—grafik kekayaan yang perlahan turun hingga hampir menyentuh nol pada 2045. Meski begitu, menyumbangkan 99% hartanya masih diperkirakan membuatnya tetap berstatus miliarder.
Gates juga menyitir esai Andrew Carnegie tahun 1889 berjudul The Gospel of Wealth, yang menyebut bahwa orang kaya memiliki tanggung jawab moral untuk mengembalikan kekayaannya kepada masyarakat. “Orang yang meninggal dalam keadaan kaya, meninggal dalam keadaan tercela,” tulis Carnegie—kutipan yang diyakini Gates hingga hari ini.
Sebelumnya, Gates dan mantan istrinya, Melinda, sempat berencana mempertahankan operasi Gates Foundation jauh setelah mereka wafat. Namun, kini arah berubah total. Gates meyakini bahwa akan ada generasi dermawan baru dalam 20 tahun mendatang yang dapat mengambil tongkat estafet.
Tak hanya berbagi niat baik, Gates juga melontarkan kritik tajam. Ia menyesalkan negara-negara kaya seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis yang memotong anggaran bantuan luar negeri. Dalam wawancara dengan BBC dan Financial Times, Gates bahkan menyebut langkah tersebut sebagai keputusan yang “membunuh anak-anak.”
Sasaran utama yayasannya tetap fokus: memberantas penyakit menular seperti malaria dan campak, menyelamatkan ibu dan anak, serta mengentaskan kemiskinan bagi ratusan juta orang.
Tak lupa, ia juga menyindir Elon Musk secara terang-terangan. Gates menyesalkan keputusan pemangkasan bantuan oleh lembaga-lembaga yang berafiliasi dengan Musk, seperti Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE). “Pemotongan ini akan membunuh jutaan anak. Anda tidak akan menyangka orang terkaya di dunia melakukan itu,” ujar Gates.
Ia bahkan mengajak Musk untuk bertemu langsung dengan anak-anak yang kini terinfeksi HIV akibat pemotongan dana bantuan ke Gaza dan Mozambik. Musk sempat mengakui kekeliruan informasi, namun pemotongan tetap berjalan. Hingga kini, Musk belum merespons kritik Gates tersebut.
Terinspirasi oleh Warren Buffett, Gates tampaknya ingin menutup buku hidupnya dengan satu warisan utama: dampak. (*)