Bravo 13
Baru 58 Posyantek Aktif, DPMD Kukar Rancang Sinergi Teknologi Berbasis LokalBaru 58 Posyantek aktif di Kukar. DPMD kini libatkan SMK lokal untuk dorong inovasi teknologi tepat guna dari desa untuk desa.
Oleh Handoko2025-05-10 11:58:00
Baru 58 Posyantek Aktif, DPMD Kukar Rancang Sinergi Teknologi Berbasis Lokal
Dokumentasi penyerahan penghargaan kepada para pemenang lomba Teknologi Tepat Guna (TTG) yang mewakili Kutai Kartanegara pada ajang TTG tingkat Provinsi Kalimantan Timur di Penajam Paser Utara, 29 April–3 Mei 2025. (Istimewa)

BRAVO13.ID, Tenggarong - Di tengah gelombang bantuan alat berat dan mesin dari pemerintah yang membanjiri desa-desa di Kutai Kartanegara (Kukar), muncul kesadaran baru bahwa kemandirian teknologi justru lahir dari kebutuhan paling dasar. Itulah yang kini coba dihidupkan kembali oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kukar melalui revitalisasi Pos Pelayanan Teknologi Tepat Guna atau Posyantek.

Meski sudah tersebar di beberapa wilayah, jumlah Posyantek aktif di Kukar masih terbatas. Kepala DPMD Kukar, Arianto, menyebutkan hanya ada 58 Posyantek yang berfungsi optimal saat ini. Ia menekankan bahwa minimnya jumlah tersebut bukan karena desa tak mampu, melainkan karena dominasi pola pikir bantuan—yang pada akhirnya mengurangi inisiatif warga untuk menciptakan solusi mandiri.

“Bantuan alat memang membantu, tapi secara tak langsung membuat masyarakat enggan mengembangkan teknologi sendiri. Padahal Posyantek bisa menjadi laboratorium kecil yang sangat berguna,” ujarnya, Selasa (6/5/2025).

Untuk mengubah pola tersebut, DPMD menggagas sinergi antara desa dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Menurut Arianto, para siswa SMK memiliki potensi besar untuk menciptakan alat-alat aplikatif yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa. Inovasi sederhana seperti sistem irigasi, pengolahan limbah rumah tangga, hingga pembangkit energi terbarukan skala kecil bisa dihasilkan dari tangan pelajar-pelajar muda ini.

“Kita akan fasilitasi kolaborasi antara desa dan SMK. Banyak inovasi anak-anak sekolah yang sudah bisa langsung dimanfaatkan,” tambahnya.

Langkah ini bukan hanya soal menambah jumlah Posyantek, tapi membangun kembali ruh dari fungsi utamanya: menjadi ruang hidup bagi kreativitas dan kemandirian desa. Arianto berharap, dengan pendekatan ini, desa tak lagi sekadar penerima, tapi juga pencipta teknologi yang berkelanjutan.

“Kami ingin Posyantek jadi pusat aktivitas dan inovasi, bukan sekadar tempat menyimpan alat,” tutupnya. (adv)

Dapatkan informasi dan insight pilihan bravo13.id

Berita Terkait