Bravo 13
Pengelolaan Sampah Desa Lewat Incinerator, Tenggarong Seberang Siap Tinggalkan TPS SementaraTenggarong Seberang rancang sistem pengelolaan sampah berbasis desa. Incinerator jadi solusi utama, dikelola langsung oleh BUMDes setempat.
Oleh Handoko2025-03-14 23:51:00
Pengelolaan Sampah Desa Lewat Incinerator, Tenggarong Seberang Siap Tinggalkan TPS Sementara
Unit incinerator dirancang untuk pembakaran sampah skala desa dalam program pengelolaan limbah mandiri. (Istimewa)

BRAVO13.ID, Tenggarong Seberang - Di tengah kekhawatiran akan semakin menumpuknya sampah di desa-desa wilayah Tenggarong Seberang, satu langkah solutif mulai dikembangkan. Pemerintah kecamatan menggagas sistem baru: pengelolaan sampah berbasis desa dengan incinerator sebagai jantung operasinya.

Camat Tenggarong Seberang, Tego Yuwono, menyampaikan bahwa incinerator—alat pembakar limbah padat dengan suhu tinggi—dipandang sebagai solusi paling realistis dan efisien dalam konteks geografis serta kapasitas operasional desa.

“Kalau tiap desa atau dua desa punya incinerator, sampah bisa langsung dikelola di tempat. Tak perlu lagi bergantung pada TPS sementara,” ujar Tego, Jumat (14/3/2025).

Selama ini, permasalahan pengelolaan sampah masih terpusat pada Tempat Pembuangan Sementara (TPS), yang tak jarang menghadapi hambatan—baik dari segi lokasi, keterbatasan kapasitas, maupun jarak ke pemukiman. Menurut Tego, situasi tersebut memperumit penanganan, belum lagi soal lahan yang kerap tidak memenuhi syarat.

"TPS tidak boleh dekat pemukiman atau berada di zona resapan air. Belum lagi pengelolaannya juga bukan wewenang desa, tapi DLHK. Ini membuat prosesnya panjang dan penuh tantangan," jelasnya.

Dalam skema baru yang diusulkan, desa akan memiliki atau berbagi satu unit incinerator dan sepenuhnya dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Tego berharap hal ini tak hanya menjadi jawaban bagi persoalan limbah, tetapi juga membuka ruang ekonomi baru.

“BUMDes akan ambil peran. Mereka bisa mengelola, memungut iuran, mengoperasikan, hingga memastikan limbah dibakar sesuai prosedur,” katanya.

Model ini diyakini bisa menciptakan sistem pengelolaan sampah yang lebih mandiri, terdesentralisasi, dan berkelanjutan. Tidak hanya menekan ketergantungan terhadap fasilitas sentralisasi TPS, tetapi juga menumbuhkan kesadaran warga terhadap pentingnya tanggung jawab kolektif dalam urusan limbah.

Saat ini, pemerintah kecamatan sedang dalam tahap kajian teknis. Tim teknis menelusuri harga, kapasitas, efisiensi energi, dan mekanisme pembiayaan yang paling sesuai dengan skala desa. Jika berjalan sesuai rencana, implementasi bisa dimulai secara bertahap mulai tahun depan.

“Semua masih dalam kajian. Tapi kalau ini berhasil, Tenggarong Seberang bisa jadi contoh pengelolaan sampah desa modern yang efisien dan mandiri,” tandas Tego. (adv)

Dapatkan informasi dan insight pilihan bravo13.id

Berita Terkait