BRAVO13.ID, Loa Kulu - Panasnya minyak goreng di penggorengan kecil milik warga Desa Loh Sumber kini membawa aroma perubahan besar. Di dapur-dapur sederhana itulah, keripik tempe yang renyah dan gurih diproduksi setiap hari oleh kelompok ibu rumah tangga dan pemuda desa. Produk ini tak lagi sekadar konsumsi lokal—ia telah menembus rak oleh-oleh di kota besar, bahkan menjangkau Jakarta.
Desa Loh Sumber, yang berada di Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), kini dikenal sebagai sentra UMKM yang bergerak di bidang pengolahan tempe. Di bawah kepemimpinan Kepala Desa Sukirno, warga tak lagi hanya menjual tempe mentah. Mereka kini berani melangkah lebih jauh, memproduksi camilan premium yang bernilai tambah tinggi: keripik tempe.
“Dulu tempe hanya dijual mentah, sekarang sudah bisa dikemas jadi keripik yang tahan lama dan layak jual ke mana saja. Peminatnya luar biasa, bahkan dari Jakarta,” ungkap Sukirno.
Kesuksesan itu dibuktikan dengan pengiriman perdana sebanyak 1.000 bungkus keripik tempe ke ibu kota. Permintaan yang terus tumbuh tak lepas dari kemasan modern, cita rasa yang konsisten, serta branding yang terus diperkuat lewat media sosial dan platform daring.
Perjalanan Loh Sumber sebagai desa sentra UMKM tidak berdiri sendiri. PT Multi Harapan Utama (MHU) hadir sebagai mitra strategis yang mendampingi sejak awal. Perusahaan ini memberi pelatihan pengemasan, bantuan alat produksi, hingga mempertemukan pelaku usaha dengan pasar potensial.
“Peran PT MHU sangat besar. Mereka rutin mendampingi kelompok PKK yang kini jadi motor penggerak produksi keripik tempe. Dari pelatihan keuangan sampai strategi promosi, semua kami pelajari bersama,” tambah Sukirno.
Untuk memperkuat fondasi usaha, Pemdes Loh Sumber membentuk kelompok usaha bersama (KUB) yang mengelola proses produksi, distribusi, dan pemasaran. Bahkan, rencana pembangunan rumah produksi terpadu sedang disusun agar aktivitas UMKM dapat dilakukan secara higienis dan efisien.
Dari satu produk tempe sederhana, kini telah lahir berbagai varian keripik dengan rasa berbeda—original, balado, keju—yang menyasar pasar oleh-oleh dan retail modern. Lebih dari sekadar pencapaian ekonomi, usaha ini telah meningkatkan partisipasi masyarakat dan menghidupkan semangat wirausaha di kalangan ibu rumah tangga dan generasi muda.
“Ini tentang lebih dari sekadar makanan ringan. Ini tentang penghasilan tambahan bagi keluarga, kemandirian desa, dan kebanggaan lokal,” kata Sukirno.
Ia juga menegaskan bahwa Pemdes tengah menyiapkan pelatihan digital marketing agar produk keripik tempe bisa bersaing di marketplace nasional dan dikenali lebih luas.
Dengan antusiasme tinggi dan dukungan berkelanjutan, Desa Loh Sumber kini berdiri sebagai contoh nyata bahwa inovasi produk lokal bisa menjadi motor ekonomi desa. Target ke depan pun telah ditetapkan—keripik tempe masuk ke jaringan retail besar dan tampil dalam pameran nasional sebagai oleh-oleh khas Kutai Kartanegara. (adv)