Bravo 13
Amplang Balet Karya UMKM Teluk Dalam Tembus Ekspor ke Singapura dan ThailandAmplang Balet berbahan sarang burung walet buatan UMKM Desa Teluk Dalam kini diekspor ke Singapura dan Thailand dengan harga premium.
Oleh Puji Tri2025-03-29 23:07:00
Amplang Balet Karya UMKM Teluk Dalam Tembus Ekspor ke Singapura dan Thailand
Kemasan Amplang Balet, camilan berbahan sarang burung walet produksi UMKM Desa Teluk Dalam, Kukar, yang kini menembus pasar ekspor Asia Tenggara. (Kontributor Bravo13.id)

BRAVO13.ID, Tenggarong Seberang - Di balik tenangnya aliran Sungai Mahakam, Desa Teluk Dalam perlahan menorehkan namanya di peta perdagangan internasional. Bukan lewat tambang atau komoditas perkebunan, tetapi melalui camilan khas bernama Amplang Balet—produk olahan berbahan dasar sarang burung walet yang kini menembus pasar ekspor Asia Tenggara.

Amplang Balet lahir dari tangan-tangan kreatif pelaku UMKM lokal yang berani berinovasi dari resep tradisional amplang, camilan populer dari Kalimantan Timur. Kepala Desa Teluk Dalam, Supian, menjelaskan bahwa sejak 2023, produk ini telah dikirim ke Singapura dan Thailand dan terus mengalami peningkatan permintaan.

“Awalnya ini hanya uji coba varian dari amplang biasa. Tapi begitu mencoba sarang burung walet sebagai bahan utama, rasanya langsung beda. Gurih, ringan, dan bergizi tinggi,” tutur Supian.

Harganya memang tidak murah—Rp150 ribu per kilogram atau sekitar Rp15 ribu per gram. Namun menurut Supian, pasar luar negeri justru merespons positif karena rasa dan kandungan nutrisinya yang dianggap premium. Protein dan mineral dari sarang walet menjadikan camilan ini bukan hanya lezat, tetapi juga bernilai kesehatan.

Kesuksesan Amplang Balet tak lahir dalam sekejap. Di balik kemasan modern dan rasa yang khas, ada proses panjang yang melibatkan dukungan Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), serta mitra korporasi seperti PT Multi Harapan Utama (MHU).

Disperindag Kukar secara aktif memberikan pelatihan produksi higienis, strategi pemasaran digital, hingga memfasilitasi legalitas dan sertifikasi produk. MHU sendiri turut mendanai serta membuka koneksi dagang luar negeri.

“Ini jadi contoh konkret kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Amplang Balet bukan hanya produk UMKM, tapi simbol bahwa desa bisa jadi pelaku ekspor,” ujar seorang pendamping UMKM Disperindag Kukar.

Dari balik semangat warganya, Teluk Dalam kini tak lagi semata identik dengan budaya lokal dan kue keroncong. Supian menyebut bahwa keberhasilan ini membuka jalan untuk lahirnya produk unggulan lain dari desa, bahkan dari bahan-bahan lokal yang sebelumnya dianggap tak memiliki nilai jual tinggi.

Beberapa warga kini mulai menjajaki potensi baru, seperti olahan dari kelor, hasil laut, dan biji-bijian lokal, dengan pendekatan modern dan standar ekspor. Pemerintah desa pun tengah mempersiapkan koperasi khusus untuk memperkuat manajemen produksi dan distribusi.

“Kami tidak ingin hanya jago kandang. Dengan koperasi ekspor nanti, semua bisa bergerak bersama—dari produksi, pengemasan, sampai pemasaran digital,” tegas Supian.

Ia juga mengajak pelaku UMKM lain untuk tidak takut bereksperimen. “Jangan tunggu jadi besar dulu baru ekspor. Justru dari ide kecil yang dikerjakan serius, bisa jadi produk global,” tutupnya. (adv)

Dapatkan informasi dan insight pilihan bravo13.id

Berita Terkait