BRAVO13.ID, Tenggarong - Pagi yang cerah menyinari hamparan hijau Taman Tanjong. Di atas permukaan batu berpola geometris, sejumlah keluarga tampak bersantai, anak-anak berlarian bebas, dan pengunjung duduk di bangku panjang menikmati suasana sejuk di tepi Sungai Mahakam. Di sinilah wajah baru Tenggarong mulai terbentuk—ruang publik yang tidak hanya ditata, tetapi juga dihidupkan.
Taman Tanjong bukan lagi sekadar taman kota. Melalui kolaborasi lintas organisasi perangkat daerah (OPD), Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara menyulap kawasan ini menjadi ekosistem kreatif yang aktif dan partisipatif. Dari tata ruang, kegiatan seni, hingga manajemen UMKM, semuanya dirancang agar ruang publik ini benar-benar menjadi milik warga.
Plt Kepala Dinas Pariwisata Kukar, Arianto, menjelaskan bahwa keberadaan Taman Tanjong adalah hasil sinergi konkret antarinstansi. “Kami ingin ruang publik ini menjadi tempat interaksi antarpelaku, bukan hanya tempat nongkrong. Semua sektor kami libatkan—DLHK untuk vegetasi, Dishub urus akses dan parkir, Diskop-UKM siapkan stan pelaku usaha, dan Satpol PP menjaga ketertiban,” ujarnya, Senin (14/4/2025).
Dulunya, taman ini adalah bekas lahan perumahan. Kini, ia berdiri sebagai ruang terbuka yang modern dan multifungsi: dilengkapi dengan fasilitas panggung pertunjukan, area bermain, dan jalur pedestrian ramah keluarga. Taman ini juga akan diisi kegiatan rutin komunitas dan bazar UMKM dengan kurasi langsung dari dinas terkait.
Integrasi konsep taman dengan ruang-ruang publik lainnya seperti Simpang Odah Etam dan Taman Titik Nol sedang dalam pengembangan. Tujuannya: menciptakan poros budaya dan aktivitas ekonomi kreatif di jantung Kota Raja.
“Kita sedang membangun koridor budaya. Jadi, ruang-ruang publik ini akan saling terkoneksi—bukan cuma secara fisik, tapi juga dalam narasi dan fungsinya,” tambah Arianto.
Ke depan, keterlibatan komunitas lokal dan pihak swasta akan diperluas. Pemkab Kukar ingin Taman Tanjong tak hanya sekadar tempat santai, tapi juga laboratorium ide, ruang pentas seni, dan pasar rakyat. Dari kolaborasi ini, muncul harapan bahwa taman bisa menjadi sumber tumbuhnya identitas kota yang partisipatif dan berdaya cipta.
Dengan pendekatan kolaboratif dan terbuka, revitalisasi Taman Tanjong menjadi contoh nyata bagaimana ruang publik dikelola tidak hanya sebagai aset infrastruktur, tetapi sebagai ruang sosial dan budaya yang hidup. Tenggarong kini punya wajah baru—dan Taman Tanjong adalah salah satu denyut nadinya. (adv)