Bravo 13
Simpang Odah Etam Jadi Pusat Baru Aktivitas Budaya dan UMKM di TenggarongDispar Kukar hidupkan Simpang Odah Etam sebagai ruang publik budaya, tampilkan pertunjukan rakyat, dan jadi pusat aktivitas kreatif kota.
Oleh Handoko2025-04-13 17:51:00
Simpang Odah Etam Jadi Pusat Baru Aktivitas Budaya dan UMKM di Tenggarong
Pertunjukan barong menghibur ratusan warga Tenggarong di kawasan Simpang Odah Etam, yang kini aktif sebagai ruang budaya dan ekspresi publik. (Kontributor Bravo13.id)

BRAVO13.ID, Tenggarong - Malam itu, kerumunan warga memadati kawasan Simpang Odah Etam di jantung kota Tenggarong. Di tengah lingkaran penonton yang antusias, seorang penari dengan topeng barong megah mulai menari. Riuh tepuk tangan dan sorak sorai pecah, menghidupkan suasana kota yang perlahan berubah menjadi panggung terbuka bagi budaya dan kreativitas warga.

Inilah wajah baru Tenggarong—kota budaya yang hidup di jalanan, bukan hanya dalam gedung pertunjukan. Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara melalui Dinas Pariwisata (Dispar) Kukar mengaktifkan kembali kawasan Simpang Odah Etam (SOE) sebagai ruang ekspresi seni, pertunjukan jalanan, dan bazar UMKM yang menyatu dalam atmosfer urban yang inklusif.

Plt Kepala Dispar Kukar, Arianto, menegaskan bahwa revitalisasi SOE bukan semata proyek infrastruktur. “Kami ingin warga merasa memiliki ruangnya sendiri. Di sini, mereka tidak hanya menonton, tapi juga tampil, menjual produk, atau sekadar menikmati suasana kota,” katanya pada Sabtu malam (12/4/2025).

SOE kini menjadi bagian penting dari jaringan ruang publik strategis di Tenggarong, terhubung dengan Taman Titik Nol, kawasan Pujasera, dan Menara Tuah Himba. Setiap akhir pekan, kawasan ini diisi oleh pertunjukan musik, tari tradisional, seni kontemporer, hingga aktivitas literasi dan kuliner lokal.

Arianto menjelaskan bahwa Dispar Kukar menekankan pendekatan berbasis komunitas. “Kita tidak hanya mengundang seniman tampil, tapi juga memberi pelatihan, membuka kanal promosi digital, dan mendampingi UMKM memproduksi konten yang bisa bersaing secara visual dan naratif,” terangnya.

Kawasan ini menjadi titik awal dari strategi jangka panjang yang ingin direplikasi ke kecamatan lain. Dispar Kukar percaya bahwa kota budaya modern lahir dari ruang-ruang kecil yang konsisten dirawat dan diberi napas kehidupan melalui aktivitas warganya.

“Kota ini tidak dibangun dari panggung besar, tapi dari interaksi kecil yang hidup. Kita ingin melihat lebih banyak tempat seperti ini—di Loa Kulu, Muara Muntai, hingga Samboja,” ucap Arianto.

Penutup:

Dengan menjadikan Simpang Odah Etam sebagai pusat budaya terbuka, Pemkab Kukar memberi ruang kepada warga untuk tampil, tumbuh, dan terhubung. Tenggarong kini tak sekadar menyimpan sejarah, tapi juga menciptakan masa depan—melalui semangat kolektif dan energi kreatif di ruang publiknya. (adv)

Dapatkan informasi dan insight pilihan bravo13.id

Berita Terkait