
BRAVO13.ID, Tenggarong - Tenda warna-warni berdiri rapih di bawah rindangnya pepohonan pantai. Suara debur ombak berpadu dengan tawa anak-anak muda yang menggelar alas piknik, menikmati hangatnya sinar matahari pagi. Pemandangan itu menjadi gambaran nyata geliat wisata berbasis pengalaman di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), yang kini tengah digenjot Pemerintah Kabupaten untuk menjadi tulang punggung ekonomi kreatif dan pariwisata.
Tahun 2025, Pemkab Kukar menargetkan angka ambisius: dua juta kunjungan wisatawan. Bagi Dinas Pariwisata Kukar, ini bukan sekadar angka, melainkan peta jalan menuju pengakuan Kukar sebagai destinasi unggulan di Kalimantan Timur. Plt Kepala Bidang Pemasaran, Awang Ivan Ahmad, menyampaikan bahwa strategi yang diterapkan bukan instan, melainkan terukur dan sistematis.
“Kita tidak hanya jual tempat, tapi cerita, pengalaman, dan kemudahan. Mulai dari festival, promosi digital, hingga penguatan desa wisata, semua harus terintegrasi,” ujar Ivan pada Senin (7/4/2025).
Langkah pertama adalah membenahi kalender event tahunan. Festival Kukar Land, Erau, dan Festival Mahakam kini dikemas lebih modern dan kolaboratif, tidak hanya jadi tontonan tetapi wahana interaksi—antara seniman, UMKM, dan wisatawan. Dispar Kukar mendorong agar pengunjung tidak sekadar hadir, tetapi turut serta: membeli produk lokal, ikut workshop, dan membagikan pengalamannya di media sosial.
Sementara itu, promosi melalui konten digital menjadi senjata utama. Video promosi dengan narasi kuat, testimoni wisatawan, hingga kerja sama dengan influencer lokal dan nasional akan memperkuat daya tarik Kukar di jagat digital.
“Kalau mau dikenal secara nasional, harus hadir di media yang dilihat banyak orang. Promosi digital tidak bisa setengah hati,” tegas Ivan.
Dari sisi infrastruktur, modernisasi terus dilakukan di sejumlah titik seperti Museum Mulawarman, Pulau Kumala, Pantai Panrita Lopi, dan Bukit Bengkirai. Aspek kebersihan, kenyamanan, hingga aksesibilitas jadi perhatian utama, karena pengalaman pengunjung adalah wajah dari destinasi.
Tak hanya pemerintah, komunitas lokal juga dilibatkan dalam strategi besar ini. Desa wisata dijadikan motor penggerak ekonomi lokal, dengan mendorong mereka menghadirkan homestay berkualitas, kuliner khas, hingga atraksi budaya yang autentik.
“Orang sekarang cari pengalaman yang membekas, bukan hanya pemandangan. Dan itu hanya bisa ditawarkan kalau kita libatkan warga,” kata Ivan menegaskan.
Dengan pendekatan kolaboratif antara pemerintah, pelaku lokal, dan dukungan digital yang kuat, Kukar tidak hanya mengejar angka 2 juta wisatawan, tapi juga menyiapkan ekosistem pariwisata berkelanjutan yang berpihak pada masyarakat dan budaya lokal. (adv)