BRAVO13.ID, Tenggarong – Di atas hamparan tambak pesisir yang tenang di Muara Badak, aktivitas budidaya kerang kini menyimpan potensi yang lebih dari sekadar panen hasil laut. Setiap pekan, rombongan anak sekolah, mahasiswa, hingga wisatawan lokal mulai berdatangan. Bukan hanya untuk menikmati suasana pantai, melainkan untuk belajar langsung bagaimana kerang dibudidayakan—mulai dari proses pembenihan hingga pemanenan.
“Anak-anak sekolah sering datang untuk studi lapangan. Mereka melihat langsung bagaimana kerang dibudidayakan,” kata Ahmad, seorang petani kerang lokal yang telah puluhan tahun menekuni usaha ini, Sabtu (29/3/2025).
Kawasan tambak yang dulu sunyi kini perlahan tumbuh sebagai destinasi wisata edukatif yang hidup. Tak ada panggung buatan atau wahana besar, tapi kesederhanaannya justru menjadi daya tarik. Wisatawan dapat melihat langsung kerja petani, mencicipi olahan kerang segar, atau menyewa perahu menyusuri kanal tambak.
Konsep wisata ini tumbuh dari partisipasi masyarakat dan dukungan penuh dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kutai Kartanegara. Menurut Sekretaris DKP Kukar, Fadli, model ini sejalan dengan visi pengembangan kawasan pesisir yang berkelanjutan, baik dari sisi ekologi maupun ekonomi.
“Budidaya kerang punya potensi besar untuk dikembangkan sebagai wisata edukasi. Ini bisa jadi sarana pengenalan ekosistem laut dan penguatan ekonomi lokal secara bersamaan,” ujarnya.
Dampaknya terasa nyata. Muncul unit-unit usaha baru seperti kuliner berbasis hasil laut, jasa pemandu wisata, hingga penyewaan alat tangkap dan transportasi air. Warga, terutama perempuan dan pemuda, mulai terlibat aktif dalam rantai usaha ini.
Tak hanya soal peningkatan pendapatan, wisata budidaya kerang juga menumbuhkan kesadaran konservasi di kalangan warga. Mereka semakin menjaga kebersihan tambak dan lingkungan sekitar karena sadar akan nilai tambah dari wisata.
Melihat potensi besar ini, DKP Kukar tengah menyusun rencana pengembangan lanjutan. Fokus utamanya adalah integrasi pelatihan budidaya dengan promosi wisata, serta memperkuat branding kawasan sebagai "kampung wisata kerang".
“Kita ingin Muara Badak dikenal bukan hanya karena produksi kerangnya, tapi juga sebagai kampung wisata kerang. Model seperti ini bisa direplikasi di kecamatan pesisir lain,” ujar Fadli.
Dengan sinergi antara ekonomi rakyat, edukasi lingkungan, dan pelestarian ekosistem, Muara Badak menjadi contoh bagaimana potensi lokal bisa tumbuh menjadi kekuatan daerah—dari kerang, lahir harapan baru. (adv)