Bravo 13
Mahulu Menolak Politik Adu Domba, Sekda Stephanus Madang Ajak Masyarakat Jaga Etika Jelang PSUMenjelang PSU Mahulu 2025, Sekda Stephanus Madang menyerukan pentingnya etika komunikasi dan persatuan di tengah suhu politik yang menghangat.
Oleh Handoko2025-04-22 22:53:00
Mahulu Menolak Politik Adu Domba, Sekda Stephanus Madang Ajak Masyarakat Jaga Etika Jelang PSU
Sekretaris Daerah Mahakam Ulu, Dr. Stephanus Madang, S.Sos., M.M., menyampaikan sambutan dalam kegiatan Sosialisasi Tahapan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Mahakam Ulu Tahun 2024 sebagai tindak lanjut Putusan Mahkamah Konstitusi, yang digelar di Ujoh Bilang, Rabu (16/4/2025). (Foto: Pemkab Mahulu)

BRAVO13.ID, Ujoh Bilang – Di sebuah aula sederhana di tepian hulu Mahakam, puluhan pasang mata menyimak dengan serius. Di luar, riak air sungai mengalir tenang—kontras dengan suhu politik yang mulai menghangat menjelang Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pilkada Mahakam Ulu 2025. Tapi ketegangan itu tak dibiarkan membuncah. Di hadapan peserta sosialisasi, Sekretaris Daerah Mahulu, Dr. Stephanus Madang, menyampaikan pesan yang lebih dari sekadar formalitas birokrasi: jaga Mahulu dari keretakan sosial akibat kontestasi politik.

“Kita semua tahu, menjelang pemilu, tensi politik pasti naik. Tapi bukan berarti kita boleh kehilangan akal sehat,” ucap Stephanus tegas dalam kegiatan Sosialisasi Tahapan Pemilihan Bupati Tidak Lanjut dari Putusan Mahkamah Konstitusi, Rabu (16/04/2025).

Ia tidak berbicara dalam bahasa yang kaku. Ia berbicara sebagai putra daerah yang paham betul karakter masyarakatnya: majemuk, terbuka, dan berakar kuat pada nilai persaudaraan. Justru karena itulah, ia mewanti-wanti agar jangan sampai perbedaan pilihan dalam Pilkada berubah menjadi jurang yang memisahkan sesama.

Mahulu, menurutnya, telah lama menjadi contoh toleransi yang hidup. Bukan sekali dua kali masyarakatnya menghadapi perbedaan pandangan—baik soal adat, agama, hingga pilihan politik. Namun selama ini, kebersamaan selalu menjadi pilihan utama. “Mari kita rawat itu. Jangan biarkan ujaran kebencian dan provokasi membakar jembatan yang sudah kita bangun bersama,” ujarnya penuh empati.

Ia juga menyinggung soal etika komunikasi, terutama di era digital yang rentan disusupi narasi-narasi destruktif. Tanpa menyebut pihak mana pun, Stephanus menekankan pentingnya menahan diri dari menyebarkan informasi yang belum terverifikasi, apalagi yang bermuatan fitnah.

“Perbedaan itu hal biasa. Tapi jangan sampai kita biarkan perbedaan menjelma menjadi permusuhan. Ini bukan soal siapa menang, siapa kalah. Ini soal bagaimana kita berdemokrasi dengan kepala dingin dan hati yang besar,” katanya.

Tak hanya bicara soal elite, ia juga mengajak masyarakat di tingkat kampung—yang mungkin tak selalu akrab dengan dunia medsos—untuk tetap mengedepankan kearifan lokal dalam menyikapi perbedaan politik. “Tersenyum pada tetangga yang beda pilihan, itu juga bentuk keberanian,” tukasnya.

Di akhir sambutannya, Stephanus mengajak semua elemen masyarakat menjadikan PSU ini sebagai ruang pembelajaran kolektif. Bukan hanya tentang memilih pemimpin, tetapi juga tentang membuktikan bahwa Mahulu mampu menjaga marwah dan martabatnya dalam proses demokrasi.

“Pilkada Mahulu 2025 bukan akhir dari segalanya. Ia hanya satu bab dari perjalanan panjang kita sebagai daerah yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur. Mari kita tulis bab ini dengan tinta persatuan, bukan ceceran luka akibat adu domba,” tutupnya. (adv)

Dapatkan informasi dan insight pilihan bravo13.id

Berita Terkait