BRAVO13.ID, Ujoh Bilang – Bayangkan sebuah daerah yang baru tumbuh di tengah belantara Kalimantan, harus kembali ke bilik suara karena putusan Mahkamah Konstitusi. Mahakam Ulu, kabupaten muda di perbatasan, kini menjadi sorotan nasional karena harus menggelar Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pilkada 2025. Di balik kegelisahan dan tanya publik, satu suara terdengar lantang dari panggung resmi pemerintahan: "Ini harus menjadi yang pertama dan terakhir."
Pernyataan tegas itu datang dari Sekretaris Daerah Mahulu, Dr. Stephanus Madang, S.Sos., M.M., saat membuka Sosialisasi Tahapan Pemilihan Bupati Tidak Lanjut dari Putusan MK, Rabu (16/4/2025). Bagi Stephanus, PSU bukan hanya soal pengulangan teknis pemilu, melainkan cermin dari kedewasaan berdemokrasi. “Jangan sampai ada lagi PSU-PSU lainnya,” tegasnya, menggarisbawahi harapan besar pemerintah agar kualitas demokrasi lokal tidak lagi tercoreng oleh pelanggaran atau kekeliruan prosedural.
Pemerintah Kabupaten Mahulu, kata dia, telah mengerahkan seluruh potensi birokrasi untuk mendukung kelancaran proses PSU. Dari kesiapan logistik, pengamanan TPS, hingga pendampingan administrasi, semua diorkestrasi untuk menjamin satu hal: hak rakyat Mahulu tidak boleh terabaikan.
"Seluruh ASN telah kami arahkan untuk bersikap netral dan profesional, begitu pula kami meminta TNI dan Polri tetap berdiri di garda depan menjaga stabilitas," ujar Stephanus. Ia menambahkan bahwa tanggung jawab demokrasi bukan hanya di pundak penyelenggara, melainkan menjadi tugas bersama seluruh elemen masyarakat.
Lebih dari itu, Stephanus mengajak semua pihak menjadikan PSU ini sebagai momen refleksi. Di tengah perbedaan pilihan dan suhu politik yang memanas, Mahulu diharapkan tetap menjadi rumah yang damai bagi semua. “PSU ini adalah kesempatan kita menunjukkan bahwa Mahulu punya semangat demokrasi yang sehat dan bermartabat,” tutupnya.
Dalam situasi yang penuh potensi gesekan, sikap tegas pemerintah untuk mengawal proses hingga tuntas menjadi nafas optimisme. Sebab Mahulu tak hanya ingin mencatat sejarah, tapi juga memberi pelajaran: bahwa demokrasi tak hanya soal siapa menang, tetapi tentang bagaimana semua pihak menjunjung etika, keadilan, dan martabat. (adv)