BRAVO13.ID, Samarinda - Di Mahakam Ulu, kabupaten terjauh dan paling terpencil di Kalimantan Timur, tantangan ketahanan pangan bukan sekadar wacana. Jarak yang jauh dari pusat distribusi, keterbatasan akses transportasi, dan naiknya harga pangan strategis membuat isu ini terasa begitu nyata bagi masyarakat di perbatasan. Dalam kondisi seperti itu, Bupati Mahulu, Dr. Bonifasius Belawan Geh, tak ingin bicara program hanya dalam tataran teori.
“Kalau ingin hasil yang banyak, ya lahannya juga harus luas. Jangan setengah-setengah. Harus disesuaikan dengan kebutuhan, bahkan kalau bisa melebihi kebutuhan agar ada surplus yang bisa dijual,” tegas Bupati Bonifasius dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi yang diikuti secara daring dari Samarinda, Senin (14/4/2025).
Rapat yang dipimpin langsung oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri, Tomsi Tohir, itu menjadi ajang evaluasi nasional tentang bagaimana daerah menyikapi inflasi dan menjaga stabilitas pasokan pangan. Salah satu sorotan utama adalah pemantauan harga komoditas strategis seperti beras, cabai, dan bawang—yang melonjak seiring meningkatnya tekanan ekonomi global.
Menanggapi isu nasional tersebut, Bupati Mahulu menyampaikan bahwa program ketahanan pangan di daerahnya sudah selaras dengan kebijakan pusat. Namun, ia menekankan pentingnya penguatan pada level teknis, mulai dari tata kelola pertanian, dukungan antarorganisasi perangkat daerah, hingga pelaporan keuangan yang akuntabel.
“Kami butuh penguatan dari sisi teknis pertanian, sistem pengelolaan, maupun pelaporan. Karena program ini dibiayai oleh APBD, maka pelaporan keuangan menjadi hal mutlak agar tata kelolanya tidak bermasalah,” ucapnya.
Dalam pelaksanaannya, Pemkab Mahulu melibatkan sejumlah dinas kunci seperti Dinas Pertanian, DPMK, dan Bappelitbangda. Sinergi antarinstansi ini menjadi tulang punggung dalam memastikan setiap kebijakan berjalan dengan baik, tidak hanya sekadar menggugurkan kewajiban administrasi.
Langkah konkret yang diambil Bupati Bonifasius menggambarkan bahwa meskipun Mahulu berada di ujung barat Kalimantan Timur, komitmennya dalam menjaga ketahanan pangan bisa menjadi contoh bagi daerah lain. Di tengah keterbatasan geografis, komitmen kuat dan keberlanjutan evaluasi tahunan menjadi bukti bahwa ketahanan pangan tidak ditentukan oleh lokasi, tapi oleh keseriusan dan keberpihakan pada rakyat.
Karena di Mahulu, ketahanan pangan bukan hanya soal harga—tapi tentang harapan, tentang masa depan yang tidak lapar. (adv)