BRAVO13.ID, Bongan - Air setinggi pinggang orang dewasa masih menggenangi sejumlah rumah di Kampung Sempatn, Kecamatan Bongan, Kutai Barat. Sudah hampir sepekan, warga hidup dalam kecemasan dan keterbatasan, sejak banjir besar akibat luapan Sungai Mahakam dan Sungai Kedang Pahu melanda. Derasnya hujan yang turun sejak pertengahan April 2025 telah membuat 44 kampung di tujuh kecamatan terendam, dengan ketinggian air mencapai 1 hingga 3 meter di sejumlah titik.
Dalam situasi darurat seperti ini, kehadiran bantuan menjadi sangat krusial. PT Gunung Bara Utama (GBU), perusahaan tambang yang beroperasi di kawasan tersebut, menunjukkan kepeduliannya dengan sigap menyalurkan bantuan tanggap darurat kepada warga terdampak banjir, khususnya di Kampung Sempatn—salah satu kampung binaannya.
“Kolaborasi dan kepedulian adalah kunci untuk pulih bersama,” ungkap Panji Setyadi, External Affairs & Security (EAS) Manager GBU. Ia menegaskan bahwa bantuan ini bukan sekadar bentuk tanggung jawab sosial perusahaan, tetapi juga bagian dari upaya memperkuat solidaritas di tengah krisis.
Bantuan diserahkan langsung oleh tim GBU, bekerja sama dengan pemerintah kampung agar penyaluran berjalan tepat sasaran. Paket bantuan mencakup kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan masyarakat dalam kondisi darurat—mulai dari makanan, air bersih, hingga perlengkapan kebersihan.
Kampung Sempatn sendiri menjadi salah satu wilayah yang paling terdampak karena letaknya di antara dua aliran sungai besar yang kini meluap. Warga harus mengungsi ke tempat yang lebih tinggi, meninggalkan rumah dan harta benda mereka. Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kutai Barat terus bergerak mengevakuasi warga serta mendistribusikan bantuan bersama berbagai pihak.
“Kami tetapkan status Siaga Darurat agar semua proses bantuan dan evakuasi bisa dilakukan lebih cepat,” ujar Bahtiar, Kepala BPBD Kutai Barat.
Di tengah ketidakpastian yang masih menyelimuti warga, aksi cepat dari GBU menjadi secercah harapan. Bukan hanya karena kebutuhan fisik yang terpenuhi, tetapi juga karena rasa kebersamaan yang kembali tumbuh. Dalam masa-masa seperti ini, kehadiran dan kepedulian nyata adalah bentuk kekuatan yang tak ternilai.
Dan di tengah genangan air, di balik rasa cemas yang masih menggantung, semangat untuk bangkit perlahan menyala kembali—disulut oleh solidaritas dan uluran tangan sesama. (*)