Bravo 13
Pembangunan Pabrik BYD di Subang Terganggu Aksi Premanisme OrmasDi tengah ambisi besar menjadikan Subang sebagai pusat industri mobil listrik, BYD justru dihadang aksi premanisme ormas yang mengganggu pembangunan pabrik mereka.
Oleh Puji Tri2025-04-23 15:36:00
Pembangunan Pabrik BYD di Subang Terganggu Aksi Premanisme Ormas
BYD Hadapi Gangguan Ormas Saat Bangun Pabrik Mobil Listrik di Subang.

BRAVO13.ID, Samarinda - Pabrik mobil listrik milik BYD asal China yang tengah dibangun di Subang, Jawa Barat, tak hanya menghadapi tantangan dari segi teknis. Di balik optimisme besar yang mengiringi investasi senilai Rp 11,7 triliun, pembangunan pabrik ini juga harus menghadapi gangguan yang datang dari oknum-oknum yang mengatasnamakan organisasi kemasyarakatan (ormas). Aksi premanisme yang dilakukan oleh kelompok tersebut memaksa perusahaan dan pihak terkait untuk segera mencari solusi.

Kabar mengenai gangguan ini pertama kali disampaikan oleh Wakil Ketua MPR RI, Eddy Soeparno. Dalam kunjungan resmi ke Shenzhen, China, Eddy menerima informasi bahwa pembangunan pabrik BYD di Subang sempat diganggu oleh aksi premanisme ormas. Ia pun menekankan bahwa hal tersebut sangat mengganggu bagi investor yang datang ke Indonesia, yang seharusnya mendapatkan jaminan keamanan.

“Sempat ada permasalahan terkait premanisme ormas yang mengganggu pembangunan dari sarana produksi BYD. Pemerintah perlu tegas untuk kemudian menangani permasalahan ini, jangan sampai investor datang ke Indonesia dan merasa tidak mendapatkan jaminan keamanan,” ujar Eddy dalam sebuah video yang diunggah di Instagram.

Mendengar laporan tersebut, Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM segera merespons. Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal, Nurul Ichwan, mengatakan bahwa pihaknya langsung berkomunikasi dengan BYD untuk memahami situasi yang terjadi. "Hari ini akan coba mengontak kawan-kawan dari BYD bagaimana situasinya," ujar Nurul, mengkonfirmasi langkah awal yang mereka ambil untuk menangani masalah ini.

Menurut Nurul, setelah berkomunikasi dengan pihak BYD, BKPM berencana berkoordinasi dengan Satgas Anti Premanisme untuk memastikan gangguan tersebut dapat segera dihentikan. Nurul menegaskan bahwa aksi premanisme dan pungutan liar sangat merugikan, baik dari sisi kenyamanan bagi pengusaha maupun reputasi Indonesia sebagai destinasi investasi. "Bisa saja dipick-up oleh siapapun, tentang Indonesia itu tidak aman, Indonesia itu premanisme," tambahnya.

Di tengah persaingan ketat untuk menarik investasi global, Indonesia harus menjaga citra dan memastikan iklim investasi yang kondusif. Nurul menegaskan, dalam situasi ekonomi global yang penuh tantangan ini, menarik minat investor asing tidaklah mudah. "Semua negara makin protektif," ujarnya, menekankan pentingnya menjamin keamanan dan kenyamanan bagi para investor.

Pabrik BYD yang sedang dibangun di Subang bukan hanya sekadar fasilitas produksi mobil listrik. Proyek ini diharapkan menjadi katalis penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, terutama di sektor industri hijau yang sedang berkembang. Namun, tanpa adanya penanganan tegas terhadap gangguan-gangguan seperti premanisme, mimpi besar untuk menjadikan Subang sebagai pusat industri kendaraan listrik yang modern bisa terganggu.

Jika tidak segera ditangani, bukan tidak mungkin hal ini akan mencoreng reputasi Indonesia sebagai tujuan investasi yang aman dan terpercaya. (*)

Dapatkan informasi dan insight pilihan bravo13.id

Berita Terkait
Tag Terkait