Bravo 13
Menang di PSU Kukar, Aulia Basri Usung Perubahan: Prioritaskan Layanan Publik yang SetaraSore usai hujan, sorak pecah di posko pemenangan: Aulia Rahman Basri unggul, membawa harapan baru dari ruang pasien ke ruang publik.
Oleh Handoko2025-04-23 11:01:00
Menang di PSU Kukar, Aulia Basri Usung Perubahan: Prioritaskan Layanan Publik yang Setara
Aulia Basri, Alumni Unhas yang Menang di PSU Kukar: Dari Dunia Medis ke Kepemimpinan Daerah

BRAVO13.ID, Samarinda - Hujan baru saja reda ketika layar proyektor di halaman posko pemenangan menampilkan angka-angka yang tak henti bergerak. Di tengah genangan kecil dan tanah becek, para relawan dan simpatisan menatap penuh harap. Lalu sorak itu pecah. Semua hitung cepat dari lembaga-lembaga survei menunjukkan hasil yang sama: Aulia Rahman Basri dan Rendi Solihin unggul dalam Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pilkada Kutai Kartanegara 2025.

Di tengah pelukan dan sorakan, Aulia berdiri dengan senyum tipis dan mata yang menatap jauh ke depan. Ia tahu benar, kemenangan ini bukan tentang dirinya. Kemenangan ini milik mereka yang pernah antre panjang di lorong-lorong puskesmas, milik warga hulu yang harus menempuh waktu berjam-jam hanya untuk mendapat layanan kesehatan dasar.

Ia datang dari tempat yang sama—Kota Bangun, di tepian Sungai Mahakam. Dari SD Negeri 003, lalu ke SMA di Samarinda, langkahnya membentang hingga ke Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar, tempat idealismenya tumbuh dan berkembang. Dikutip dari unhas.tv, almamater ini menjadi fondasi awal seorang pemimpin muda yang kini menjadi harapan baru bagi Kukar.

Setelah menyelesaikan pendidikan kedokteran dan magister administrasi rumah sakit di Unhas, Aulia pulang kampung. Ia tak sekadar kembali, tetapi membawa ide besar. Di RSUD Dayaku Raja, ia memperjuangkan konsep rumah sakit tanpa kelas—bukan hanya soal kamar, tapi juga pelayanan yang setara tanpa memandang status ekonomi.

“Yang sakit, ya dilayani,” ucapnya tegas dalam satu diskusi. “Bukan ditakar dari berapa besar iuran BPJS-nya.”

Pengalamannya di rumah sakit membuatnya melihat langsung ketimpangan sistem: pasien kelas tiga yang menunggu lebih lama, keluarga pasien yang tidur di lantai karena tak mampu menyewa penginapan. Maka, ia membangun jejaring rujukan cepat bersama puskesmas dan mendirikan rumah singgah bagi pasien dari daerah seperti Muara Muntai dan Long Iram.

Gagasannya menarik perhatian dunia akademik. Prof. Michael Marmot, epidemiolog sosial dari University College London, menyebut pendekatan Aulia sebagai model pelayanan publik yang adil dan bermartabat. “Apa yang dilakukan Aulia Basri bukan hanya inovatif, tapi menyentuh akar dari krisis kepercayaan masyarakat terhadap sistem layanan dasar,” katanya.

Tahun 2023, Aulia melangkah ke ranah entrepreneur. Sebagai Ketua Kadin Kukar, ia menyaksikan potensi daerah yang belum tergarap maksimal. Ia menginisiasi forum diskusi pelaku UMKM, membangun koneksi antara pelaku usaha lokal dan pasar yang lebih besar.

Langkah ke politik terasa seperti kelanjutan alami. Bersama Rendi Solihin, ia membawa gagasan besar bertajuk Kukar Idaman Terbaik—bukan sekadar kelanjutan program, tapi penyegaran visi yang lebih inklusif dan terintegrasi.

Kukar adalah kabupaten luas dengan ragam tantangan. Ketimpangan antarwilayah, tekanan pembangunan Ibu Kota Nusantara, hingga kesenjangan layanan dasar. Aulia membawa tawaran yang berbeda: pemerintahan yang menempatkan manusia lebih dulu, bukan angka statistik semata.

Sore itu, saat hasil quick count menampilkan namanya sebagai pemenang, Aulia berkata pelan namun mantap:

“Hari ini Kukar memberi kepercayaan. Esok kita mulai bekerja.”

Dari balik meja dokter ke panggung politik, dari ruang pasien ke ruang publik, Aulia Rahman Basri, alumni Unhas yang pernah merawat di tepi Mahakam, kini memikul harapan besar. Sebuah perjalanan pulang yang penuh makna. Dan Kukar, kini menanti kepemimpinan yang lahir dari empati. (*)

Dapatkan informasi dan insight pilihan bravo13.id

Berita Terkait
Tag Terkait