BRAVO13.ID, Jakarta – Ribuan warga Mahakam Ulu selama ini masih harus bergantung pada jalur sungai dan darat yang menantang untuk keluar masuk wilayah mereka. Di kabupaten yang masuk kategori 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar) dan berbatasan langsung dengan Malaysia ini, akses bukan sekadar persoalan mobilitas, melainkan soal membuka peluang hidup yang lebih baik. Kini, secercah harapan hadir dari langit: Bandara Ujoh Bilang.
Langkah konkret menuju impian tersebut semakin nyata ketika Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mahulu melakukan koordinasi lanjutan dengan Kementerian Perhubungan RI, tepatnya Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, di Jakarta, Kamis (13/3/2025). Sekretaris Daerah Mahulu, Dr. Stephanus Madang, memimpin langsung rombongan dalam pertemuan strategis tersebut yang juga dihadiri Direktur Bandar Udara Budhi Kurniawan Kresna dan perwakilan Dinas Perhubungan Provinsi Kalimantan Timur.
Pertemuan ini tak sekadar seremonial. Di dalamnya tergambar semangat besar untuk menyelesaikan pembangunan Bandara Ujoh Bilang—dari pembangunan terminal dan landasan pacu sepanjang 750 meter, hingga menyiapkan segala dokumen perizinan dan regulasi pendukung.
“Hari ini kami pastikan semua pihak memahami tugas dan kewenangan masing-masing. Kami tidak bisa berjalan sendiri. Sinergi ini penting agar bandara bisa beroperasi pada 2026,” ujar Stephanus.
Dukungan konkret juga datang dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. Plt. Kepala Dinas Perhubungan Kaltim, Irhamsyah, menegaskan komitmen Pemprov untuk mendanai sisi darat bandara. Meski belum ada MoU formal, Pemprov Kaltim bahkan telah menggelontorkan Rp100 miliar ke Mahulu sejak 2022.
“Gubernur sudah instruksikan alokasi anggaran. Tahun ini kami akan tuntaskan penyusunan MoU agar sinergi anggaran dan kewenangan bisa lebih efektif,” tambah Irhamsyah.
Dari pusat, Kementerian Perhubungan RI melalui Direktur Bandar Udara menyatakan dukungan penuh atas kelanjutan proyek ini. Budhi Kurniawan Kresna menilai Bandara Ujoh Bilang sebagai proyek strategis yang layak mendapat perhatian khusus.
“Kami tahu betapa panjang perjalanan proyek ini. Tapi kami siap mendukung penuh, dari regulasi hingga subsidi maskapai,” tegasnya.
Tak hanya soal bangunan dan landasan, pembangunan bandara ini juga mencakup dukungan logistik—seperti subsidi ongkos angkut dan operasional maskapai—yang sangat penting untuk menjamin keterjangkauan biaya bagi masyarakat Mahulu.
Sinergi antara Pemkab Mahulu, Pemprov Kaltim, dan Kemenhub RI menjadi bukti bahwa pembangunan infrastruktur tidak hanya soal beton dan aspal. Ini adalah investasi masa depan bagi masyarakat perbatasan, sebuah jembatan udara yang menghubungkan impian warga Mahulu dengan dunia yang lebih luas. Jika semua berjalan sesuai rencana, pada 2026 nanti, langit Mahulu akan menyambut momen bersejarah: pendaratan pertama di Bandara Ujoh Bilang—bukti nyata bahwa keterpencilan bukan takdir yang kekal. (adv)