
BRAVO13.ID, Tenggarong – Di tengah maraknya hoaks keagamaan dan distraksi digital yang kian masif, pemuda di Kutai Kartanegara memilih jalur berbeda: berkumpul, berkarya, dan berbagi nilai dalam suasana Ramadan. Festival Kreatif Pemuda Ramadan (FKPR) Ke-2, yang resmi dibuka Rabu (12/3/2025) malam di Tenggarong, menjadi ruang aman sekaligus panggung ekspresi bagi generasi muda untuk tumbuh dan terhubung dalam nuansa spiritual.
Digagas oleh Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kukar, FKPR bukan sekadar festival. Ia adalah bentuk keberanian pemerintah daerah dalam menjawab kebutuhan zaman—saat para pemuda membutuhkan ruang aktualisasi yang selaras dengan nilai keagamaan dan kearifan lokal. Berbagai lomba bertema religi, seni, dan budaya digelar untuk menyalurkan semangat berkarya di bulan suci.
Sekretaris Daerah Kukar, Sunggono, dalam sambutannya menegaskan pentingnya kehadiran FKPR di tengah derasnya arus informasi yang sering kali tak lagi menyisakan ruang untuk refleksi.
“Ramadan adalah bulan penuh rahmat, saat yang paling tepat untuk kembali ke dalam diri. FKPR ini saya lihat sebagai bentuk nyata ruang kontemplasi sekaligus kontribusi, terutama untuk para pemuda yang ingin tetap produktif tanpa kehilangan arah,” kata Sunggono dengan nada penuh keyakinan.
Ia mengingatkan bahwa generasi muda saat ini bukan hanya ditantang untuk kreatif, tapi juga kritis dalam memilah informasi yang bertebaran di media sosial, termasuk soal keagamaan. FKPR, menurutnya, menjadi bantalan nilai agar para pemuda tidak terjerumus pada pemahaman yang keliru, melainkan tumbuh dalam lingkungan yang suportif dan inklusif.
Tak hanya itu, FKPR juga menjadi ladang silaturahmi antar komunitas, organisasi kepemudaan, hingga pelaku seni lokal. Di atas panggung dan di antara lantunan musik religi serta derap hadrah tradisional, semangat gotong royong dan kebersamaan tumbuh tanpa paksaan.
“Pemuda Kukar harus jadi contoh. Cerdas secara intelektual, tangguh secara mental, dan santun dalam bersikap. Jadikan FKPR ini bukan hanya ajang unjuk bakat, tapi tempat belajar menjadi manusia yang utuh,” lanjut Sunggono.
Di akhir sambutannya, ia mengajak seluruh peserta untuk menjadikan momentum FKPR sebagai awal dari gerakan positif yang lebih luas—bukan hanya selama Ramadan, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari.
FKPR Ke-2 menjadi penanda bahwa masa depan bukan milik mereka yang sekadar melek teknologi, tetapi milik mereka yang tahu ke mana harus melangkah. Di tengah hiruknya era digital, pemuda Kukar memilih mendekap nilai dan menyalakan cahaya, agar Ramadan tak hanya terasa, tapi juga bermakna. (adv)