
BRAVO13.ID, Tenggarong – Setiap pagi, tangan-tangan petani di Muara Badak menyibak air laut untuk memeriksa hasil panen rumput laut mereka. Di bentangan tali tambang yang mengambang di pesisir, ada harapan yang terus tumbuh, meski kerap dipatahkan oleh harga jual yang tak menentu dan ketergantungan pada tengkulak. Selama bertahun-tahun, para petani hanya bisa menjual hasil panennya dalam bentuk mentah — tanpa daya tawar, tanpa nilai tambah.
Namun kini, sebuah bangunan berdinding kokoh telah berdiri tak jauh dari pesisir. Pabrik pengolahan rumput laut pertama di kecamatan itu telah rampung 100 persen pada akhir 2024. Diresmikan oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), pabrik ini membawa harapan baru bagi masa depan ekonomi masyarakat pesisir.
"Alhamdulillah, pembangunannya sudah selesai total. Sekarang kami sedang melakukan tahap conditioning atau uji coba pengoperasian, untuk memastikan semua mesin bekerja optimal sebelum resmi dibuka," ujar Plt Kepala Disperindag Kukar, Sayid Fathullah, Kamis (20/2).
Pabrik ini dirancang untuk mengolah rumput laut kering menjadi powder atau bubuk dengan kapasitas produksi hingga 20 ton per hari. Kehadirannya diharapkan tak hanya meningkatkan nilai jual rumput laut, tetapi juga membuka peluang kerja lokal serta memperkuat hilirisasi produk hingga ke sektor UMKM dan industri kreatif berbasis bahan baku lokal.
Lebih dari sekadar mesin dan produksi, pabrik ini menjadi simbol transformasi. Pemkab Kukar ingin menjadikannya sebagai pengungkit ekonomi masyarakat pesisir, sekaligus peluang baru bagi generasi muda yang ingin berkarya di sektor agribisnis kelautan.
“Ini bukan hanya soal harga jual, tapi tentang memperkuat posisi petani. Kami ingin mendorong petani milenial dan pelaku UMKM ikut masuk dalam ekosistem industri ini,” lanjut Fathul.
Kini, dari desa-desa kecil di Muara Badak, perubahan besar sedang tumbuh. Pabrik itu tak hanya akan mengubah cara rumput laut diolah, tapi juga cara masyarakat memandang masa depan mereka. Tahun 2025 bukan sekadar angka — melainkan penanda awal dari babak baru perjuangan petani pesisir Kukar untuk berdiri lebih kuat di tanah sendiri. (adv)