Bravo 13
2024 Tahun Terpanas, BMKG Proyeksi Cuaca Ekstrem Akan Jadi Normal BaruBanjir makin sering, kemarau makin panjang. BMKG mengungkap proyeksi iklim ekstrem yang akan terus memburuk hingga akhir abad ini.
Oleh Handoko2025-03-26 14:57:00
2024 Tahun Terpanas, BMKG Proyeksi Cuaca Ekstrem Akan Jadi Normal Baru
Langit Jakarta menghitam diselimuti awan tebal menjelang hujan deras, mencerminkan kondisi cuaca ekstrem yang diproyeksikan BMKG akan semakin sering terjadi hingga tahun 2100 akibat perubahan iklim. (Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)

BRAVO13.ID, Jakarta - Petani yang gagal panen karena kemarau berkepanjangan dan warga kota yang terjebak dalam banjir akibat hujan deras bukan lagi skenario fiksi masa depan. Menurut proyeksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), dua fenomena ekstrem itu akan menjadi bagian dari realitas harian Indonesia hingga tahun 2100.

“Curah hujan ekstrem di musim penghujan akan semakin sering terjadi, dan hari-hari kering tanpa hujan selama kemarau juga akan semakin panjang,” ungkap Fachri Radjab, Direktur Informasi Perubahan Iklim BMKG, dalam sebuah diskusi daring pada Senin (24/3).

Proyeksi ini, lanjut Fachri, sejalan dengan temuan global bahwa perubahan iklim memperkuat dua sisi ekstrem cuaca: terlalu basah dan terlalu kering. Dan Indonesia, sebagai negara kepulauan tropis, menjadi salah satu wilayah yang paling rentan.

Kondisi ini diperparah oleh lonjakan suhu yang belum pernah terjadi sebelumnya. “2024 adalah tahun terpanas sepanjang sejarah pengamatan suhu, baik di dunia maupun di Indonesia,” ujar Fachri. Suhu global, tambahnya, telah meningkat sebesar 1,55 derajat Celcius—melewati batas aman 1,5 derajat sebagaimana disepakati dalam Perjanjian Paris.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menguatkan bahwa peningkatan suhu berkaitan erat dengan meningkatnya intensitas dan durasi kejadian cuaca ekstrem. Kenaikan suhu permukaan mempercepat siklus hidrologi, menjadikan musim hujan semakin basah dan musim kemarau semakin kering.

“Data menunjukkan semuanya berkorelasi dengan peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer,” ujar Dwikorita. Ia menjelaskan bahwa perubahan ini bukan hanya menciptakan ketidakpastian cuaca, tetapi juga memengaruhi ketahanan pangan, ketersediaan air, dan kesehatan masyarakat.

Peringatan dari BMKG ini bukan sekadar ramalan, melainkan sinyal bahaya bagi semua pihak. Indonesia harus mempercepat transisi menuju energi bersih, memperkuat sistem peringatan dini, serta menyiapkan strategi adaptasi di sektor-sektor paling rentan, mulai dari pertanian hingga tata kelola air.

Jika tidak ada langkah konkret yang diambil sekarang, generasi mendatang akan menanggung beban krisis iklim yang semakin tak terkendali—di negeri yang makin panas, kering, dan basah sekaligus. (*)

Dapatkan informasi dan insight pilihan bravo13.id

Berita Terkait